CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 13 April 2012

Laporan Pulveres II

BAB I
PENDAHULUAN

1. Maksud Praktikum
    Adapun maksud dari praktikum farmasetika dasar ini yaitu :
a.    Agar dapat mengetahui proses pembuatan sediaan serbuk bagi atau pulveres.
b.    Agar dapat terampil mengerjakan resep-resep sediaan pulveres

2. Tujuan Praktikum
    Adapun tujuan kegiatan praktikum ini yaitu :
a.    Dapat membuat sediaan pulveres dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip kerja.
b.    Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing obat, efek samping, dan memberikan informasi kepada pasien




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, serbuk adalah campuran bahan kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Serbuk terbagi menjadi dua bagian yaitu serbuk bagi dan serbuk tabur.
    Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.(Anief, 2004)
 Sedangkan serbuk tabur (pulvis adspersorius) adalah serbuk bebas dari butiran kasar (Anonim. 1979)
Obat paling sering digunakan dengan pemberian oral. Walaupun beberapa obat yang digunakan secara oral dimaksudkan larut dalam mulut, sebagian besar dari obat yang digunakan secara oral adalah ditelan. Dari semua ini sebagian besar dimaksudkan utuk efek sistemik dari obat, yang dihasilkan setelah terjadi absorpsi pada berbagai permukaan sepanjang saluran cerna. Beberapa obat ditelan untuk kerja lokal pada daerah yang terbatas dalam saluran cerna, yang dimungkinkan karena tidak larut atau daya absorpsi yang tidak baik melalui cara ini.
Dibandingkan dengan cara-cara lainnya, cara oral dianggap paling alami, tidak sulit, menyenangkan, dan aman dalam hal pemberian obat. Hal-hal yang tidak mennuntungkan pada pemberian secara oral termasuk respons obat yang lambat (bila dibandingkan dengan obat-obat yang diberikan secara parenteral). Kemungkinan absorpsi obat yang tidak teratur, yang tergantung pada faktor-faktor seperti perbaikan yang mendasar, jumlah atau jenis makanan dalam saluran cerna, dan perusakan beberapa obat oleh reaksi dari lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran cerna. Mungkin contoh yang paling penting dari yang terakhir ini adalah berbagai sediaan insulin, yang semuanya harus diberikan scara parenteral karena perusakan zat hormon yang berupa protein oleh enzim proteolitik dari saluran cerna. Apabila pengobatan dilakukan oleh pasien, mungkin sekali terjadi keraguan dalam pengambilan takaran yang sesuai dengan yang ditentukan dokter, dan tidak dapat disangkal bahwa bamyak contoh terjadinya kekurangan atau kelebihan dosis karena pengguanan obat-obat oleh pasien sendiri. Walaupun kesalahan dosis yang berhubungan dengan semua cara dalam penggunaan obat oleh pasien sendiri merupakan suatu kerugian, tidak saja pada cara oral yang dikenal, tidak ada jalan lain yang betul-betul efektif. Petunjuk yang memadai harus diberikan oleh dokter dan ahli farmasi pada pengunaan obat-obat oleh pasien sendiri. (Ansel, 1989)
Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Cara mencampur obat-obatan dan bahan-bahan tambahan harus cermat ,dan dibawah ini disusun beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan :
1.    Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan tidak diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori dinding mortir.
2.    Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan, masukkan dulu serbuk yang BJ-nya besar baru kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ-nya lebih rendah dan diaduk.
3.    Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus, hal ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum halus.
4.    Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering. Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas.
5.    Sering dalam resep serbuk obat ditambah dengan tablet, jika tersedia zat aktif yang ada dalam tablet maka sebaiknya diganti zat aktifnya yang sesuai, bila tidak, tablet digerus dahulu, diayak lalu dicampur dengan serbuk lain. (Anief, 2004)
Didalam membuat sedian pulveres terdapat keuntungan-keuntungan yaitu :
•    Dapat menentukan macam-macam obat dengan leluasa dan dengan dosis yang tepat untuk penderita.
•    Dalam bentuk serbuk dapat diharapkan lebih stabil dibandingkan dalam bentuk sediaan cair.
•    Jumlah volume obat yang lebih peraktis atau sukar diberikan dalam bentuk lain, dapat diberikan dalam bentuk pulvis (serbuk).
•    Obat lebih mudah terbagi dalam lambung dibandingkan dalam bentuk sediaan padat lain. Selain itu juga dapat lebih cepat dan sempurna kerja, serta kurang menguritasi lambung.
Kekurangan serbuk sebagai bentuk sediaan, termasuk keengganan meminum obat yang pahit atau rasa yang tidak enak, kesulitan menahan terurainya bahan-bahan higroskopis, mudah mencair atau menguap yang dikandungnya dalam waktu serta biaya yang dibutuhkan pada pengolahan dan pembungkusannya dalam keseragaman dosis tunggal. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, serbuk harus merupakan adonan yang homogen dari seluruh komponennnya dan harus sempurna ukuran partikelnya. (Anonim, 1995)
Pembuatan serbuk – serbuk dilakukan dengan jalan membagi bahan-bahan dasarnya secara kasar,dan bila mana perlu pada setinggi-tingginya 50 derajat. Dikeringkan dan dengan cara mengelilingi,menumbuk atau memirik dibagi begitu halus,hingga seluruhnya atau hampir seluruhnya dapat diayak melalui dasar ayakan yang telah ditentukan. Bahan-bahan dasar,yang mengandung bagian-bagian yang mudah menguap, sebaiknya dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor.
Serbuk yang diperoleh harus di campur, sebentar dikeringkan pada suhu pembuatan yang telah ditentukan dan setelah didinginkan harus dipindahkan dalam bejana yang tertutup rapat. (Anonim, 1929)




BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Resep 3
I. Resep Asli
R/ Euphyllin     0,35
        Coffein     75 mg
II. Kelengkapan Resep
-    Paraf dokter tidak tertera
III. Penggolongan Obat
O : -
G : Euphyllin (Haryanto, 2007)
W: Coffein (Haryanto, 2007)
 B :
IV. Komposisi Bahan
Tiap 1 bungkus mengandung :
    Euphyllin     0,35
        Coffein     75 mg

V. Uraian Bahan
1. Euphyllin
    a. Sinonim     : Aminofilina, aminophyllinum, teofilina etilendiamina
    b. Khasiat        : Antipasmodikum, bronkodilator, diuretikum
c. Pemerian    : Butir atau serbuk; putih atau agak kekuningan; bau lemah mirip amoniak;rasa pahit (Anonim, 1979)
d. Dosis    : DMD :1x = 500 mg
         1hr = 1,5 g (Anonim, 1979)
      DLD : 1x = 100 – 200 mg
         1hr = 300 – 600 mg (Anonim, 1979)
      DLA : 1x = 5 mg/kg (Anonim, 1979)
         1hr = -
2. Coffein
a. Sinonim    : Kofeina, coffeinum
b.     Khasiat    : Stimulan syaraf pusat, kardiotonikum
c. Pemerian    : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal; putih; tidak berbau; rasa pahit. (Anonim, 1979)
d. Dosis        : DLA = 1x : 30 – 50 mg
                 1hr : 30 – 300 mg (Anonim, 1979)
             DLD = 1x : 100 – 200 mg
                1hr : 300 – 600 mg (Anonim, 1979)
             DMD = 1x :500 mg
                 1hr : 1,5 g
3. Lactosa
      a. Sinonim    : Lactosum,sacchrum Lactis    (Anonim, 1979)
      b. Khasiat    : Zat Tambahan, pemanis
      c. Pemerian        : Serbuk Hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
4. Karmin
a. Sinonim    : Carminum
b. Khasiat    : Bahan tambahan, pewarna
c. Pemerian    : Serbuk/massa hablur, keras, merah, tidak berbau, dan rasa
  sedikit manis; stabil di udara, tetapi tidak mudah menyerap bau. (Martindale edisi 32 hal. 1000 edited by Kathlean parfit Bsc,Frpharm. S)
VI. Perhitungan Dosis
1.    Euphyllin
DMD :1x = 500 mg
      1hr = 1,5 g
DLD : 1x = 100 – 200 mg
  1hr = 300 – 600 mg


DLA : 1x   = 5 mg x 23,9 =119,5 mg    (BB 10 thn=23,9 kg)
    1hr = 119,5 x 5 = 597,5 mg
DMA : 1x = n/20 x DM            1hr = n/20 x DM
          = 10/20 x  500 mg              = 10/20 x 1500 mg       
          = 250 mg                      = 750 mg
Dosis dalam resep :
1x : 0,35 = 350 mg
1hr : 5 x 350 mg = 1750 mg (16/4 + 1 = 5X)
Kesimpulan : Dosis euphyllin overdosis(OD)
Rekomendasi : Dosis asetosal diturunkan (sesuai DL) menjadi :
1x : 1 x 120 mg = 120 mg
1hr : 5 x 120 mg = 600 mg
Kesimpulan : Dosis euphyllin terapi
2.    Coffein
DLA : 1x = 30-50 mg
      1hr = 30 – 300 mg
DMD : 1x :500 mg
1hr : 1,5 g
DMA : 1x = n/20 x DM            1hr =n/20 x DM
       =10/20 x 500 mg              =10/20 x 1500 mg
  = 250 mg                  = 750 mg
Dosis dalam resep :
1x : 75 mg
1hr : 3 x 75 mg =375 mg
Kesimpulan : Dosis coffein terapi
VII. Penimbangan :
1. Euphyllin    : 10 x 120 mg =1200 mg/200 mg = 6 tab =1,8 g
2. Coffein    : 10 x 75 mg = 750 mg
3. Carmin : 30 mg
    Pengenceran :
    Ditimbang carmin : 50 mg
    SL                 : 450 mg  +
                500 mg
    Carmin yang diambil : 30 mg/50 mg x 500 mg = 300 mg
3. SL        : [(10x500)-(1800+750+300)] = 5000 – 2850 = 2150 mg

VIII. Cara Kerja
1.   Disiapkan alat dan bahan
2.   Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan
3.    Dilakukan pengenceran karmin dengan SL,digerus ad homogen, lalu ditimbang, diambil yang diperlukan, dan sisanya dibungkus
4.    Digerus eufhyllin hingga halus dan ditambahkan ½ SL digerus hingga halus dan homogen, disisihkan
5.    Digerus coffein hingga halus dan ditambahkan sisa SL digerus hingga halus dan homogen
6.    Digerus campuran (4) dan (5) hingga homogen, dan ditambahkan sedikit-sedikit pengenceran karmin digerus hingga halus dan homogen.
7.    Dibagi serbuk menjadi 2 bagian yang sama dengan penimbangan, masing-masing dibagi menjadi 5 bagian yang sama. Dibungkus dengan kertas perkamen.
8.    Dikemas dan diberi etiket putih

XI. Penandaan
Etiket putih
X. Edukasi
1.    Obat ini berkhasiat untuk menyembuhkan asma bronkodilator dan      menstimulasi SSP (menghilangkan rasa letih, lapar, dan ngantuk)
2.    Obat ini diminum 5 x sehari 1 bungkus,sesudah makan
3.    Obat di simpan di tempat yang sejuk dan kering
4. Efek samping : gangguan lambung (mual,muntah), apabila digunakan terlalu banyak dapat meningkatkan resiko penyakit jantung (Hoan Tjay, 2003)


Resep 4
I. Resep Asli
    R/ Gliserin guaikolat    tab. No. I
     Dextromethorpan    tab. No. I
        Klorpeniramin maleat    1 mg   
II. Kelengkapan Resep
-    Paraf dokter tidak tertera
III. Penggolongan Obat
    O : -
    G : klorfeniramin maleat (Haryanto, 2007)
W: gliserin guaikolat, dextromethorpan (Haryanto, 2007)
B : -
IV. Komposisi Bahan
    Tiap 1 bungkus mengandung :
         Gliserin guaikolat    100 mg (MIMS,111)
     Dextromethorpan    15 mg
        Klorpeniramin maleat    1 mg
V. Uraian Bahan
    1. Gliserin guaikolat
a.    Sinonim    : glycerylis guaiacolas
b.    Khasiat    : ekspetoran
c.   Pemerian    : sebuk hablur; putih hingga agak keabuan; hampir tidak berbau atau berbau lemah; rasa pahit
    d.   Dosis    : DM = - 1x     : -
                    - 1 hari : 2,4 g
DL = - 1x:100– 200 mg(diulang tiap 2-4 jam)
    - 1 hari : - (Anonim,  1979)
2. Dextromethorpan
a.    Sinonim     : Dextrometorphani hydrobromidum; dekstrometorfan              hidrobromida (Anonim, 1979)
b.    Khasiat     : antitusivum
c.    Pemerian    : serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit)
d.    Dosis    : DM = - 1x    : -
- 1 hari    :120 mg
 DLA = - 1x    : -
    - 1 hari    : 1 mg/kg (dibagi 3-4 dosis) (Anonim, 1979)
3. Klorfeniramin Maleat
a. Sinonim    : Chlorpheniramini Maleas
b.     Khasiat    : antihistaminikum
c. Pemerian    : Serbuk hablur, putih , tidak berbau, dan rasa pahit
d. Dosis        : DLA = 1 x    : -
  1 hr : 0,35 mg (dibagi dalam 4 dosis)
              DLD = 1 x    : 2 - 4 mg
  1 hr    : 6 - 16 mg
              DMD = 1x    : -
   1 hr    : 40 mg (Anonim, 1979)
4. Lactosa
      a. Sinonim    : Lactosum, sacchrum Lactis    (Anonim, 1979)
      b. Khasiat    : Bahan tambahan, pemanis
      c. Pemerian        : Serbuk Hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
VI. Perhitungan Dosis
1.    Gliserin guaikolat
DMD    : 1x = 2400 mg/3 = 800 mg
      1hr = 2,4 g = 2400 mg
DLD    : 1x = 100 mg – 200 mg (diulang tiap 2-4 jam)
      1hr = 3 x 100 = 300 mg
        3 x 200 = 600 mg
DMA     : 1x = n/20 x DM            1hr = n/20 x DM
     = 8/20 x 800 mg                  = 8/20 x 2400 mg
         = 320 mg                      = 960 mg
    DLA    : 1x = n/20 x DL    ----------    = n/20 x DL
             = 8/20 x 100 mg            = 8/20 x 200 mg
             = 40 mg                = 80 mg
          1hr = n/20 x DL    ----------    = n/20 x DL
              = 8/20 x 300 mg            = 8/20 x 600 mg
              = 120 mg                = 240 mg
    Dosis Gliserin guaikolat dalam resep :
    -1x      = 100 mg
    -1hari  = 3 x 100 mg = 300 mg
    Kesimpulan : Dosis gliserin guaikolat terapi

2.    Dextromethorpan
DMD    : 1x = 120 mg/3 = 40 mg
          1hr = 120 mg
DLA    : 1x = 20,9/ 3 = 6.97 mg
          1hr = 1 mg x 20,9 kg = 20,9 mg (BB 8 thn = 20,9)
DMA    : 1x = n/20 x DM            1hari= n/20 x DM
     = 8/20 x 40 mg                    = 8/20 x 120 mg
     = 16 mg                        = 48 mg
Dosis dextromethorpan  dalam resep :
-1x  = 15 mg
-1hr = 3 x 15 mg = 45 mg
Kesimpulan  : Dosis Dextromethorpan terapi
9.    Klorfeniramin Maleat
    DM    : 1 hr    = 40 mg

    DMA     : 1hr = n/20 x DM            1x = 16 mg/ 3 = 5,3 mg
          = 8/20 x 40 mg
          = 16 mg
    DLA    : 1hr = 0,35 mg
          1x = 0,35/ 4 = 0,08mg
    Dosis Klorfeniramin Maleat dalam resep
    1x : 1 mg
    1hr : 3 x 1 mg = 3 mg
    Kesimpulan : Dosis Klorfeniramin Maleat Terapi

VII. Penimbangan
    1. Gliserin guaikolat    : 20 x 100 mg = 2000 mg
    2. Dekstromethorpan    : 20 x 15 mg = 300 mg
    3. Klorfeniramin maleat    : 20 x 1 mg = 20 mg
    Perb. 1 : 3 = 50 : 150
    20/50 x 150 mg = 60 mg
    4. SL             : [(20 x 500)-(2000+300+60)]
                : 10000 - 2360
                : 7640 mg
VIII. Cara Kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan
3.    Digerus gliserin guaikolat ditambahkan 1/3 bagian SL digerus hingga homogen, disisihkan.
4.    Digerus dekstromethorpan ditambahkan 1/3 bagian SL digerus hingga homogen, disisihkan
5.    Digerus klorfeniramin ditambahkan sisa SL digerus  hingga homogen
6.    Dicampur campuran (3), (4), dan (5) gerus hingga halus dan homogen
7.    Dibagi serbuk menjadi 2 bagian yang sama dengan penimbangan yang sama, masing-masing dibagi menjadi 10 bagian yang sama, dibungkus dengan kertas perkamen.
8.    Dikemas dan diberi etiket putih


XI. Penandaan
    Etiket putih

X. Edukasi(informasi kepada pasien)
1.    Obat ini berkhasiat untuk meredakan batuk berdahak yang disebabkan oleh alergi (asma) (Hoan Tjay, 2003)
2.    Obat ini diminum 3 x sehari 1 bungkus, pada pagi, siang, dan malam
3.    Obat di simpan di tempat sejuk dan kering
4.    Efek samping : sembelit (mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung usus(Hoan Tjay, 2003)





BAB IV
PEMBAHASAN

Resep 3
              Pada pembuatan resep serbuk bagi yang ketiga ini, obat ini berfungsi sebagai obat untuk menyembuhkan asma bronkodilator dan menstimulasikan SSP (menghilangkan rasa letih, lapar, dan ngantuk). Obat ini diminum 5 x sehari 1 bungkus, sesudah makan karena obat tidak dapat bekerja optimal jika lambung dalam keadaan kosong. Pada  resep ini terkandung dua zat penyusun, yaitu zat aktif dan zat tambahan.
1. Zat aktif yang terkandung pada obat ini yaitu :
    a. Euphyllin
Zat aktif ini mempunyai fungsi sebagai antispasmodikum, bronkodilator,diuretikum. Yaitu  berfungsi mengatasi abstruksi saluran napas. Dalam perhitungan dosis, dosis dalam resep eufhyllin overdosis karena di atas dosis maksimum anak, sehingga dosis harus diturunkan sesuai dosis lazim anak
b.    Coffein
Berfungsi sebagai stimulan syaraf pusat dengan cara menghilangkan rasa letih lapar dan mengantuk. juga dengan konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Koffein bersifat menghambat enzim tosfodiestease.

2. Zat tambahan yang terkandung pada obat ini yaitu :
a.    Lactosa
Mempunyai fungsi sebagai zat tambahan yaitu sebagai pemanis, karena zat aktif yang digunakan memiliki rasa pahit sehingga harus dibuat manis agar pasien yang tergolong anak-anak mudah untuk mengkonsumsi obat ini.
b.    Karmin
Mempunyai fungsi sebagai zat tambahan yaitu zat pewarna, karena zat aktif berupa hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih sehingga diberi pewarna agar pasien tertarik untuk mengkonsumsinya
    Dalam pelaksanaan resep ketiga yang pertama-tama dilakukan adalah menyiapkan alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, kantong klip, sudip, kertas perkamen, timbangan beserta anak timbangan, dan etiket. Kemudian diambil bahan-bahan yang diperlukan dan dilakukan penimbangan sesuai perhitungan. Lalu dilakukan pengenceran, dimasukkan karmin dan SL ke dalam mortir digerus halus hingga homogen, lalu ditimbang 300 mg, sisanya dibungkus. Pengenceran ini dilakukan karena jumlah karmin kurang dari batas minimal penimbangan sehingga harus dilakukan pengenceran agar karmin dapat ditimbang dan digunakan sebagaimana mestinya. Lalu 6 tablet euphyllin digerus hingga halus dan ditambahkan ½ SL geru hingga halus dan homogen, disisihkan. Lalu coffein digerus halus dan ditambahkan sisa SL, digerus hingg halus dan homogen. Setelah itu dicampurkan hasil gerusan euphyllin dan coffein yang sudah ditambahkan SL, gerus hingga halus, kemudian ditambahkan sedikit-sedikit pengenceran karmin, digerus hingga halus dan homogen. Setelah semua bahan tersebut digerus halus, dibagi serbuk menjadi 2 bagian yang sama. Lalu masing-masing serbuk dibagi menjadi 5 bagian yang sama, dibungkus dengan kertas perkamen, dikemas kedalam kantong klip berukuran 7 x 10 cm, dan diberi etiket putih.




Resep 4
Pada pembuatan resep serbuk bagi yang keempat ini, obat ini berfungsi sebagai obat untuk meredakan batuk berdahak yang disebabkan alergi (asma). Obat ini diminum 3 x sehari 1 bungkus, sesudah makan karena obat tidak dapat bekerja optimal jika lambung dalam keadaan kosong. Pada  resep ini terkandung dua zat penyusun, yaitu zat aktif dan zat tambahan.
1. Zat aktif yang terkandung pada obat ini yaitu :
a.   Gliserin guaikolat
Berfungsi sebagai ekspetoran yaitu memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan dengan demikian mengurang kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
b.   Dekstrometorfan
Berfungsi sebagai antitusivum yaitu menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan dan mungkin juga bekerja  terhadap pusat syaraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan
          c.  CTM
Berfungsi sebagai Antihistaminikum yaitu sering kali efektif pula berdasarkan efek sedatifnya dan terhadap perasaan menggelitik di tenggorokan.


2. Zat tambahan yang terkandung pada obat ini yaitu :
a.    Lactosa
Mempunyai fungsi sebagai zat tambahan yaitu sebagai pemanis, karena zat aktif yang digunakan memiliki rasa pahit sehingga harus dibuat manis agar pasien yang tergolong anak-anak mudah untuk mengkonsumsi obat ini.
    Dalam pelaksanaan resep yang keempat ini yang pertama-tama dilakukan adalah menyiapkan alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, kantong klip, sudip, kertas perkamen, timbangan beserta anak timbangan, dan etiket. Kemudian diambil bahan-bahan yang diperlukan dan dilakukan penimbangan sesuai perhitungan. Setelah itu dimasukkan GG ke dalam mortir gerus hingga halus lalu tambahkan 1/3 SL gerus hingga halus dan homogen, disisihkan. Kemudian dimasukkan DMP ke dalam mortir gerus hingga halus, ditambahkan 1/3 SL gerus hingga halus dan homogen, disisihkan. Selanjutnya dimasukkan CTM ke dalam mortir gerus hingga halus, dan ditambahkan sisa SL gerus hingga halus dan homogen. Lalu dicampurkan campuran ketiga bahan yang sudah digerus tadi, digeruslah hingga halus dan homogen. Dibagi serbuk menjadi 2 bagian yang sama. Lalu masing-masing serbuk dibagi menjadi 5 bagian yang sama, dibungkus dengan kertas perkamen,  dan dikemas kedalam kantong klip berukuran 7 x 10 cm, dan diberi etiket putih.



BAB V
PENUTUP

1.  Kesimpulan
        Setelah melakukan praktikum, dapat diambil kesimpulan yaitu :
a.    Pada resep ke-3 obat berkhasiat menyembuhkan asma bronkodilator dan menstimulasikan SSP, dibuat sebanyak 20 bungkus dan diminum 5 x sehari 1 bungkus. Resep ini tidak boleh diulang tanpa resep dokter karena tergolong obat keras.
b.    Pada resep ke-4 obat berkhasiat meredakan batuk berdahak yang disebabkan alergi (asma). Obat ini telah dibuat 20 bungkus untuk diminum 3 x sehari 1 bungkus. Resep ini juga tidak boleh diulang tanpa resep dokter karena tergolong obat keras.
2.  Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum ini ialah adanya kesulitan dalam pelaksanaan praktikum, karena di sebabkan oleh keterbatasan waktu yang di berikan.




DAFTAR PUSTAKA

Ansel,H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi ed.IV. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Tjay, H. T. dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting ed. IV. Elex Media Komputindo : Jakarta.
Anief,Muhamad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia ed.III. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ed.IV. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1929. Pharmacope 5

0 komentar: