CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Minggu, 06 Mei 2012

Sumber Radiasi

Sumber radiasi dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu sumber radiasi alam yang sudah ada di alam ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi buatan yang sengaja dibuat oleh manusia. Radiasi yang dipancarkan olehsumber radiasi alam disebut radiasi latar belakang.

Pada bab ini akan dibahas beberapa macam sumber radiasi alam danprinsip kerja secara umum dari beberapa sumber radiasi buatan.

A.    Sumber Radiasi Alam
Setiap hari manusia terkena radiasi dari alam dan radiasi dari alam ini merupakan bagian terbesar yang diterima oleh manusia yang tidak bekerja di tempat yang menggunakan radioaktif atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan kedokteran atau kesehatan.
Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari tiga sumber utama berikut:
•    sumber radiasi kosmik yang berasal dari benda langit di dalam dan luar tata surya kita,
•    sumber radiasi terestrial yang berasal dari kerak bumi,
•    sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh manusia sendiri.

1.    Sumber Radiasi Kosmik
Radiasi kosmik berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari ruang antarbintang dan matahari. Radiasi kosmik ini terdiri dari partikel dan sinaryang berenergi tinggi (1017 eV) dan berinteraksi dengan inti atom stabil diatmosfir  membentuk  inti  radioaktif  seperti  C-14,  Be-7,  Na-22  dan  H-3
Radionuklida yang terjadi karena interaksi dengan radiasi kosmik ini disebut radionuklida cosmogenic.

Atmosfir bumi dapat mengurangi radiasi kosmik yang diterima oleh manusia. Tingkat radiasi dari sumber kosmik ini bergantung kepada ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan semakin besar apabila posisinya semakin tinggi. Tingkat radiasi yang diterima seseorang juga bergantung pada garis lintangnya di bumi, karena radiasi kosmik ini dipengaruhi oleh medan magnet bumi. Karena medan magnet bumi didaerah kutub lebih kuat, maka radiasi yang diterima di kutub lebih kecil daripada di daerah katulistiwa.

2.    Sumber Radiasi Terestrial
Radiasi terestrial secara natural dipancarkan oleh radionuklida di dalam kerak bumi, dan radiasi ini dipancarkan oleh radionulida yang disebut primordial dengan waktu paro berorde milyar (109) tahun. Radionuklida iniada sejak terbentuknya bumi. Radionuklida yang ada dalam kerak bumi terutama adalah deret Uranium, yaitu peluruhan berantai mulai dari U-238 sampai stabil Pb-206; deret Actinium, yang mulai dari U-235 sampai Pb-207; dan deret Thorium, mulai dari Th-232 sampai Pb-208. Dalam setiap proses peluruhan berantai di atas dipancarkan berbagai jenis energi (α, β dan γ) dengan  berbagai  tingkatan energy.

.Radiasi terestrial terbesar yang diterima manusia berasal dari Radon (Ra-222) dan Thoron (Ra-220) karena dua radionuklida ini berbentuk gas sehingga bisa menyebar kemana-mana.
Tingkat radiasi yang diterima seseorang dari radiasi terestrial ini berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain bergantung kepada konsentrasi sumber radiasi di dalam kerak bumi. Ada beberapa tempat di bumi ini yang memiliki tingkat radiasi di atas rata-rata seperti Poços de Caldas dan Guarapari (Brazil), Kerala dan Tamil Nadu (India) dan Ramsar (Iran).

3.    Sumber Radiasi di Dalam Tubuh
Sumber radiasi alam lain adalah radionuklida yang ada di dalam tubuhmanusia. Sumber radiasi ini berada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan atau masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan ,minuman, pernafasan, atau luka. Radiasi internal ini terutama diterima dari radionuklida C-14, H-3, K-40, radon. Selain itu masih ada sumber lainseperti Pb-210 dan Po-210 yang banyak berasal dari ikan dan kerang-kerangan. Buah-buahan biasanya mengandung unsur K-40.

B.    Sumber Radiasi Buatan
Sumber radiasi buatan mulai diproduksi pada abad ke 20 diketemukannya sinar-X oleh W. Roentgent. Saat ini sudah banyak sekali jenis dari sumberradiasi buatan baik yang berupa zat radioaktif, pesawat sinar-X, reaktornuklir dan akselerator.

1.    Zat Radioaktif
Dewasa ini telah banyak sekali unsur radioaktif berhasil dibuat oleh manusia berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron (reaksi fisi di dalam reaktor atom), aktivasi neutron, atau berdasarkan penembakan nuklida yang tidak radioaktif dengan partikel atauion cepat (di dalam alat-alat pemercepat partikel, misalnya akselerator, siklotron). Radionuklida buatan ini bisa memancarkan jenis radiasi alpha ,beta, gamma dan neutron.

a.    Pemancar Alpha
Salah satu contoh reaksi inti untuk menghasilkan radionuklida pemancaralpha adalah:
13Al27+0n1 → 11Na24+α
Salah satu aplikasinya adalah untuk menghasilkan radiasi neutron melaluireaksi (α,n), radionuklida yang sering dipakai adalah Ra-226, Po-210, Pu-239 dan Am-241.

b.    Pemancar Beta
Sebagian besar pemancar beta ini dihasilkan melalui penembakan partikel neutron pada nuklida stabil. Oleh karena itu di dalam reaktor nuklir didapatkan berbagai macam pemancar beta. Energi radiasi beta bersifat kontinu. Pemancar beta sering digunakan dalam kedokteran dan juga dalam industri untuk mengukur ketebalan materi. Pemancar beta yang sering digunakan dalam kedokteran misalnya Sr-90, Y-90, P-32, Re-188, sedangkan untuk industri sering digunakan Sr-90, P-32, Tl-208.
Contoh reaksi inti untuk menghasilkan pemancar beta adalah
14Si31+0n1 → 15P32+β–

c.    Pemancar Gamma
Sebenarnya jarang sekali sumber radioaktif yang hanya memancarkan radiasi gamma saja, karena radiasi gamma biasanya mengikuti proses peluruhan
α atau   β. Berikut ini sebuah reaksi inti untuk menghasilkan radionuklida pemancar β dan γ adalah:
27Co59+0n1→28Ni60+β–+γ
Dalam pemakaiannya, pemancar gamma beraktivitas tinggi sering digunakan sebagai sumber radiasi di rumah sakit dan industri. Irradiator banyak digunakan di rumah sakit (irradiator Co-60 dan Cs-137) dan dalam industri (irradiator Co-60).

d.    Pemancar Neutron
Radiasi neutron dapat dihasilkan dengan interaksi radiasi α dengan bahan yang dapat melangsungkan reaksi (α,n) seperti unsur Be. Sumber neutron ini merupakan campuran antara unsur Be dengan radioaktif pemancar α,misalnya Am-241 yang dibungkus dalam sebuah kapsul, sehingga terjadireaksi sebagai berikut.
95Am241→93Np237+α
4Be9+α →6C12+ n

2.    Pesawat Sinar-X
Secara sederhana proses terbentuknya radiasi sinar-X pada pesawat sinar-X adalah sebagai berikut perhatikan gambar di bawah ini.

Proses pembentukan sinar-X pada pesawat sinar-X adalah sebagai berikut:
1)    Arus listrik akan memanaskan filamen sehingga akan terjadi awan elektron disekitar filamen (proses emisi termionik).
2)    Tegangan (kV) di antara katoda (negatif) dan anoda (positif) akan menyebabkan elektron-elektron bergerak ke arah anoda.
3)    Fokus (focusing cup) berfungsi untuk mengarahkan pergerakanelektron-elektron (berkas elektron) menuju target.
4)    Ketika berkas elektron menubruk target akan terjadi proses eksitasipada atom-atom target, sehingga akan dipancarkan sinar-X karakteristik, dan proses pembelokan (pengereman) elektron sehinggaakan dipancarkan sinar-X bremstrahlung.
5)    Berkas sinar-X yang dihasilkan, yaitu sinar-X karakteristik dan bremstrahlung, dipancarkan keluar tabung melalui window.
6)    Pendingin diperlukan untuk mendinginkan target karena sebagian besarenergi pada saat elektron menumbuk target akan berubah menjadi panas.

Dari pembahasan di atas terlihat bahwa sinar-X yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X terdiri atas sinar-X karakteristik yang bersifat “diskrit” dan sinar-X bremstrahlung yang bersifat kontinu. Perhatikan gambar spektrumenergi sinar-X berikut ini
Gambar V-2: Spektrum energi sinar-X
Terdapat dua pengaturan (adjustment) pada pesawat sinar-X yaitupengaturan arus berkas elektron (mA) yaitu dengan mengatur arus filamendan pengaturan tegangan di antara anoda dan katoda (kV). Pengaturan arusfilamen akan menyebabkan perubahan jumlah elektron yang dihasilkanfilamen dan intensitas berkas elektron (mA) sehingga mempengaruhi intensitas sinar-X. Semakin besar mA akan menghasilkan intensitas sinar-Xyang semakin besar.
Pengaturan tegangan kV akan menyebabkan perubahan “gaya tarik” anodaterhadap elektron sehingga kecepatan elektron menuju (menumbuk) targetakan berubah. Hal ini menyebabkan energi sinar-X dan intensitas sinar-Xyang dihasilkan akan mengalami perubahan. Semakin besar kV akanmenghasilkan energi dan intensitas sinar-X yang semakin besar.
.

3.    Akselerator
Akselerator adalah alat yang digunakan untuk mempercepat partikelbermuatan (ion). Partikel bermuatan, misalnya proton atau elektron,dipercepat menggunakan medan listrik dan medan magnit sehinggamencapai kecepatan yang sangat tinggi.
Partikel yang telah mempunyai kecepatan sangat tinggi yang dipancarkanoleh akselerator dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya untukmemproduksi zat radioaktif dengan proton berenergi tinggi, memproduksisinar-X berenergi tinggi dengan elektron yang dipercepat, dan juga dapatmenghasilkan radiasi neutron dengan mempercepat ion deuterium (1H2).

Dua contoh akselerator yang banyak digunakan adalah akselerator linier(LINAC = linear accelerator) yang mempunyai lintasan garis lurus dancyclotron yang mempunyai lintasan berbentuk lingkaran.
Untuk membedakannya dengan zat radioaktif, akselerator dan pesawatsinar-X sering disebut sebagai pembangkit radiasi.

4.    Reaktor Nuklir
Mekanisme utama yang terjadi dalam reaktor nuklir adalah pembelahan intidengan persamaan reaksi sebagai berikut.
X + nt→Y1+ Y2+ nc+ Q


Suatu inti atom X yang dapat belah (fisil) seperti U-235 ketika ditembakdengan neutron termal (nt) akan belah menjadi dua inti radioaktif  Y1 danY2. Dalam reaksi pembelahan tersebut juga dilepaskan 2 atau 3 buahneutron cepat (nc) dan sejumlah energi panas (Q). Oleh karena Y1 dan Y2 merupakan inti-inti yang aktif maka dalam proses tersebut jugadipancarkan berbagai macam radiasi (α,β dan γ ).

Dari mekanisme pembelahan (reaksi fisi) di atas terlihat bahwa setiapreaksi akan menghasilkan lebih dari satu neutron cepat baru, yang bilaenerginya dapat diturunkan menjadi neutron termal, akan menyebabkanreaksi pembelahan inti dapat belah yang lainnya. Proses ini berlangsungterus menerus dan disebut sebagai proses reaksi berantai (chain reaction).Dalam reaktor nuklir, proses reaksi berantai ini dikendalikan secara cermatsedangkan pada bom atau senjata nuklir reaksi ini dibiarkan tanpa kendali.

Energi panas yang dihasilkan dari reaksi berantai di atas ( Q ) dapatdimanfaatkan untuk menggerakan turbin sehingga dapat menghasilkanlistrik. Fasilitas yang memanfaatkan mekanisme ini adalah PLTN.Neutron yang dihasilkan dalam reaksi ini juga dapat digunakan untukberbagai macam aplikasi dan penelitian, seperti untuk keperluan produksizat radioaktif dan analis bahan yang dilakukan di reaktor penelitian(research reactor).

Selasa, 24 April 2012

farmasi fisika


PAPER PRAKTIKUM FARMASI FISIKA


RHEOLOGI


Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam simbol η.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada 2 yaitu Sistem Newtonian dan Sistem Non-Newtonian.

A.    SISTEM NEWTONIAN
Diasumsikan gambar tersebut adalah sebuah balok cairan yang terdiri dari lapisan-lapisan molekul paralel, bagaikan setumpuk kartu. Jika bidang cairan paling atas bergerak dengan suatu kecepatan konstan, setiap lapisan di bawahnya akan bergerak dengan suatu kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak dari lapisan dasar yang diam. Digunakan istilah :
Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan aliran.
F’/A = η dv/dr
η= F’/A = F
    dv/dr    G

Viskositas η merupakan perbandingan antara Shearing stress F’/A dan Rate of shear dv/dr. Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2
f = 1/η
Fluiditas merupakan kebalikan dari viskositas. Satuan fluiditas adalah centipoise (cps). 1cps= 0,01poise
 Viskositas Kinematik adalah viskositas absolut dibagi kerapatan cairan (bobot jenis).satuannya adalah stokes, s atau centistokes, cs.
Viskositas kinematik = η /r
Grafik rheogram aliran Newtonian diilustrasikan sebagai berikut :


Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.

B.    SISTEM NON-NEWTONIAN
Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem Non-Newtonian, yaitu : Plastis, Pseudoplastis, dan Dilatan.
1.  Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress (atau auakan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir).
U = ( F – f )
G
      U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value.

Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui (shear stress di atas yield value), sistem plastis akan menyerupai sistem newton.

2.   Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat, metil selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga tunggal.

Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan berantai panjang). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya.
FN = η’ G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton.

3.   Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.

Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam suspensi ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa. Akhirnya suspensi menjadi pasta yang kaku.


Rheologi Dalam Aplikasi

      Rheology mempunyai aplikasi dalam bidang teknik, geofisika, fisiologi dan ilmu farmasi. Teknik, itu mempengaruhi produksi dan penggunaan bahan-bahan polimer, tapi teori plastisitas telah juga penting untuk desain proses pembentukan logam. Banyak industri zat-zat penting seperti beton, cat dan cokelat memiliki karakteristik aliran kompleks. Geofisika meliputi aliran lava, tetapi selain mengukur aliran bahan padat Bumi skala waktu yang panjang: orang-orang yang menampilkan perilaku kental, misalnya granit, yang dikenal sebagai rheids. Dalam fisiologi, banyak cairan tubuh yang kompleks sehingga komposisi dan karakteristik aliran. Secara khusus ada studi spesialis aliran darah yang disebut hemorheology. Biorheology istilah digunakan untuk bidang studi yang lebih luas dari sifat aliran cairan biologis. Rheology makanan penting dalam pembuatan dan pengolahan produk makanan.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form)sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.






Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Rheologi. http://farmasiforyou.wordpress.com. Diakses tanggal 09/01/10. Samarinda

Anonim. 2009. Rheologi. http://en.wikipedia.org. Diakses tanggal 09/01/10. Samarinda

Wiyono. 2009. Rheologi. http://wiyono372.blogspot.com. Diakses tanggal 09/01/10. Samarinda





SEDIAAN TABLET

1. Definisi tablet
•    Tablet adalah Bentuk sediaan padat farmasetik yang mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan yang cocok dalam bentuk pipih, sirkuer, permukaannya datar atau cembung, yang dibuat dengan metode pengempaan atau pencetakan atau dengan cara lain sesuai dengan punch dan die,dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm2 . Tablet adalah Bentuk sediaan padat farmasetik yang mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa zat tambahan yang cocok dalam bentuk pipih, sirkuer, permukaannya datar atau cembung, yang dibuat dengan metode pengempaan atau pencetakan atau dengan cara lain sesuai dengan punch dan die,dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm2 .
(http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/tablet.html)
•    Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak  dalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi.
(Formularium Nasional Edisi II, 310)
•    Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
(Ilmu Meracik Obat, 210)
•    Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.
(ANSEL  Edisi IV, 244)
•    Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengndung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
(FI III, 6)
•    Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering, Kristal atau granulat, umumnya dengan  penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai dengan menggunakan takanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang dan cakram, serta bentuk seperi telur atau peluru.
(Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 166)
•    The tablet is the most frequently prescribed commercial dosage form.
(The art, Science, and Tecnology of Pharmaceutical Compounding, 161)
•    Tablets are solid dosage forms containing medicinal substances with or without suitable diluents.
(HUSA’A Pharmaceutical Dispensing, 55)
•    Tablets are used mainly for systemic drug delivery but also for local drug action.
(Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design, 398)
•    Tablets may be defined as solid pharmaceutical dosage forms containing drug substances with or without suitable diluents and prepared by either compression or molding methods. (Remington 20 th, 858)
2.  Jenis-Jenis tablet
    * Jenis-jenis tablet
- Tablet kompresi
- Tablet kompresi ganda
- Tablet salut gula
- Tablet diwarnai coklat
- Tablet salut selaput
- Tablet kunyah
- Tablet effer vescent
- Tablet hipodermik
- Tablet larut
- Tablet hisap
- Tablet Salut enteric
- Tablet sublingual atau bukal
- Tablet triturate
- Tablet pembagi
- Tablet penglepas terkendali
     (http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/tablet.html)
* Jenis-jenis tablet
- Tablet kompresi
- Tablet kompresi ganda
- Tablet salut gula
- Tablet diwarnai coklat
- Tablet salut selaput
- Tablet Salut enteric
- Tablet sublingual atau bukal
- Tablet kunyah
- Tablet effer vescent
- Tablet triturate
- Tablet hipodermik
- Tablet pembagi
- Tablet penglepas terkendali
(ANSEL  Edisi IV, 244)
  * Jenis-jenis tablet
         - Tablet Bukal
        - Tablet Sublingual
        - Tablet Implantasi
    (Moh. Anief.2000. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University)
    * Jenis-jenis tablet
        - Tablet peroral
        - Tablet Oral
        - Tablet parenteral
        - Tablet untuk penggunaan luar
    (Anonim. 1994.Buku pelajaran TEKFAR. Gajah mada University)
    * Jenis-jenis tablet
        - Tablet cetak
            - Tablet triturate
        - Tablet bukal
        - Tablet effervescent
        (Anonim. Farmakope IV. 1995)

3.  Keuntungan dan kerugian tablet !
    Keuntungan Tablet
1.    Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
2.    Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3.    Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4.    Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim.
5.    Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6.    Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah atau hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7.    Tablet bisa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti penglepasan di usus atau produk lepas lambat.
8.    Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk di produksi secara besar-besaran.
9.    Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

    Kerugian Tablet
1.    Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2.    Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavabilitas obat cukup.
3.    Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa ( bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu.

    Keuntungan Tablet :

1. Untuk Pengusaha
-  Sederhana dan memenuhi syarat-syarat ekonomi dalam pembuatannya.
-  Stabil dan mudah dalam pengepakan, pengiriman dan penyaluran.
2.  Untuk Penderita atau Konsumen
- Mudah dibawa, dosis tepat, rasanya menarik ( bila diminum tidak meninggalkan bekas rasa )

    Kerugian Tablet :
    Ketika tablet dirancang, dibuat, didistribusikan dan disimpan dengan suatu perwujudan yang penuh dari pembatasan yang dituntut oleh bahan kimia, phisik, dan kekayaan yang mengobati dari berbagai ramuan, ada sangat sedikit kerugian untuk mampu pengobatan tablet.
    Kerugian yang paling penting adalah bahwa beberapa individu mengalami suatu kesukaran yang psikologis di administrasi atau menelan dari suatu tablet. Suatu kerugian yang lebih sedikit adalah impracticalas yang umum dari menyiapkan tablet extemporaneously.


4.    Sifat dan pengujian tablet !
    Sifat Tablet
1.    Harus merupakan produk menarik ( bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pelunturan atau pemucatan, kontaminasi, dll.
2.    Harus mampu menahan guncangan mekanik selama produksi, pengepakan.
3.    Harus mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu.
Dari segi lain :
1.    Harus dapat melepas zat berkhasiat dalam tubuh dengan cara yang dapat diramalkan serta tetap atau dapat diulang.
2.    Harus stabil secara kimia sepanjang waktu sehingga tidak memungkinkan terjadi pemalsuan atau penurunan mutu zat berkhasiat.

    Pengujian Tablet
Pengujian tablet dapat dilakukan dengan cara :
Keseragaman bobot tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang diteteapkan sebagai berikut : timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.
Bobot rata - rata    Penyimpangan bobo rata – rata dalam %
    A    B

25 mg atau kurang    15 %            30 %
26 mg sampai dengan 150 mg    10 %            20 %
151 mg sampai dengan 300 mg    7,5 %           15 %
Lebih dari 300 mg    5 %           10 %

Waktu hancur tablet tidak bersalut enteric alat tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kassa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak no.4, berbentuk keranjang.
Keranjang disisipkan searah ditengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan kedalam air bersuhu antara 36o dan 38o sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat dinaik turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi tepat diatas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat dipermukaan air.
Cara: Masukkan 5 tablet dalam keranjang, turun naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke-5 tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu-persatu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
Cakram penuntun terdiri dari cakram yang terbuat dari bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm, permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing lubang 10 mm dari titik pusat. Tiap lubang terdapat kawat tahan karat diameter 0,445 mm yang dipasang tegak lurus permukaan cakram dan dihubungkan dengan cincin penuntun yang dibuat dari kawat jenis yang sama, diameter 27 mm. Jarak cincin penuntun dengan permukaan atas cakram 15 mm. Beda antara diameter caakram penuntun dengan diameter keranjang dalam sebaiknya antara 1 mm dan 2 mm. Bobot cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 g dan tidak lebih dari 2,1 g.
Waktu hancur tablet bersalut enteric : Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut diatas, air diganti dengan lebih kurang 250 ml Asam Klorida 0,06 N. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8 atur suhu antara 36o dan 38o. Celupkan keranjang kedalam larutan tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet diatas kasa kecuali fragmen zat penyalut.
Jika tidak memenuhi syarat ini ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
(Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi II & Farmakope Indonesia Edisi III)

5.  Kerusakan-kerusakan dalam pembuatan tablet.
    A. ( Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC : Jakarta)
1.    Binding : Kerusakan tablet akibat massa yang akan di cetak melekat pada dinding ruang   cetakan.
2.    Sticking/picking : pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah karena permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicinnya kurang, atau massanya basah.
3.    Whiskering : Terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan sehingga terjadi pelelahan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.
4.    Splitting/capping : Splitting adalah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet, terutama pada bagian tengah. Capping adalah membelahnya tablet di bagian atas. Penyebabnya :
a.    Kurangnya daya pengikat dalam massa tablet.
b.    Massa tablet terlalu banyak fine atau terlalu banyak mengandung udara sehingga udara akan keluar setelah di cetak.
c.    Tenaga yang di berikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang berada di atas massa yang akan di cetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d.    Formulanya tidak sesuai.
e.    Die dan punch tidak rata.
5.    Motling : terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
6.    Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurangnya tekanan pada pencetakan tablet dan kurangnya zat pengikat.

B. (Lachman, Leon, Ph.D. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.
1.    Capping dan Laminasi : Capping adalah istilah yang di gunakan untuk menguraikan sebagian atau secara lengkap pemisahan bagian atas atau bawah dari mahkota tablet (crown) dari bagian utamanya. Laminasi adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan-lapisan yang berbeda. Permasalahan pada proses ini segera terlihat setelah pencetakan, tetapi capping dan laminasi dapat terjadi setelah satu jam atau satu hari.
2.    Pengelupasan dan Penempelan :  Apabila terjadi penempelan, diperlukan tenaga tambahan untuk  mengatasi gesekan antara tablet dengan dinding die selam pengeluaran tablet.
3.    Mottling : adalah keadaan di mana distribusi warna tablet tidak merata, dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang seragam. Penyebab Mottling adalah berbedanya warna obat dengan bahan penambah atau bila hasil urai obatnya berwarna.
4.    Variasi Berat : Berat tablet yang di cetak di tentukan oleh banyaknya granul didalam ruang cetak sebelum di cetak. Oleh karena itu factor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pengisisan ruang cetak, akan mempengaruhi berat tablet dan variasi berat.
5.    Ukuran Granul dan Ukuran Distribusi Sebelum Pencetakan : Variasi dari rasio granul kecil sampai granul besar serta, besarnya perbedaan ukuran granul mempengaruhi bagaimana ruang antara partikel-partikel di isi.
6.    Aliran yang Kurang Baik : Bila aliran kurang baik, granul cenderung bergerak kembang kempis melalui alat pengisi, sehingga beberapa die tidak terisi dengan sempurna.
7.    Penyampuran yang Kurang Baik : Kadang-kadang bahan pelicir dan pelicin tidak terbagi dengan rata akibatnya aliran partikel terganggu sehingga granul tidak mengalir secara efisien ke dalam ruang cetak.
8.    Variasi Punch : Bila punch bagian bawah tidak sama panjang, isi dari masing-masing die berbeda karena isi itu volumetric.
9.    Variasi Kekerasan : Kekerasan tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch atas dan bawah pada waktu pencetakan. Bila volume materi  atau jarak kedua punch berbeda, maka kekerasan tidak akan konsisten.
10.    Cetakan Ganda : Masalah ini hanya terjadi bila pada punch terdapat monogram atau profil (ukiran) lainnya.


7.  Data preformulasi untuk sediaan tablet meliputi :
a. Karakteristik keadaan padat
1.)    Deskripsi keadaan fisik
    Bentuk BA padat : granular, kubik, plat, asirkular, sferis, fibrous ( bentuk serat), angular, bentuk prisma. Bentuk ini akan mempengaruhi sifat akhir dan pengempaan pada cetak langsung, terutama jika mengandung persentase BA cukup tinggi. Oleh sebab itu penting sekali penelitian bentuk serbuk BA secara mikroskopik.

2.)    Ukuran partikel
    Ukuran partikek akan mempengaruhi absorpsi secara oral, misal griseofulvin, nitrofurantoin, spironolakton, dan bermacam steroid. Selain dari pada itu kesragaman kandunagn dalam sediaan padat dipengaruhi oleh ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel BA dalam massa tablet. Perhatikan terutam untuk bahan poten. Untuk tablet yang mengandung BA lebih kecil dari 2 mg setiap tablet, diperlukan pengontrolan ketat ukuran peartikel. Sebagai contoh, untuk keseragaman kandungan kurang lebih 10% dari tablet yang mengandung BA 2 mg hatus mempunyai partikel dv,vn <150 , untuk   ukuran partikel kritik turun menjadi <90  pada dosis 50 g, ukuran adalah 40 dan 25 m. Ruahan serbuk dengan ukuran partikel lebih besar dari limit ini tidak mungkin akan menghasilkan campuran yang memenuhi spesifikasi homogenitas.

3.)    Kristalinitas
    Akan menentukan kelarutan ( berarti ketrersediaan hayati) dan sifat saat pengempaan.

4.)    Sifat atau pengaruh termal ( granulasi )
    Pemanasan  atau pendinginan dapat mengawali perubahan secara dinamaik sifat BA dalam keadaan padat atau eksipien ( terutama selama granulasi dan pengeringan granul ). Selama proses BA, eksipien dapat menunjukan sifat endotermik dan eksotermik. Kemampuan bahan untuk mengabsorpsi atau desorpsi air perlu di evaluasi dengan membuat isoterm sorpsi uap air.

5.)    Polimorfisme
    Polimorfisme adalah kemampuan bhaan berada dalam lebih dari satu bentuk padat. Polimorfisme dapat menunjukan sifat seperti suhu lebur, morfologi, difraktrometri sinar X serbuk, spektrometri inframerah, laju disolusi interinsik, kelarutan dan stabilitas. Pada tempertaur dan tekanan  tertentu, hanya satu bentuk Kristal polimorfisme ( bahan ) yang secara termodinamika stabil. Bentuk yang diinginkan adalah bentuk yang tidak akan berubah-ubah sehingga tidak akan mengalami perubahan dalam sediaan misalnya disolusi. Bentuk polimorfisme stabil selalau menunjukkan kelarutan yang kecil pada temperature tertentu. Dari plot van Hoft akan dapat dideteksi, apakah system bersifat monotropik atau enantiotropik. Sekitar separo dari 22 turunan asam barbiturat dan 11 dari 16 steroid menunjukkan polimorfisme.

6.)    Bentuk hidrat dan solvate
    Hidrat dikarakterisasi melalui mobilitas air dalam kisi Kristal. Untuk mendeskripsikan sifat air dalam kisi Kristal digunkan terminology “diffusible” dan “non diffusible”. Bergantuk pada kondisi penyimpanan, air “diffusible” dapat bergerak kedalam dan keluar Kristal melalui lubang
( channel ). Sebaliknya, air “ non diffusible” dapat menstabilkan kisi Kristal, air tidak bebas atau tidak reversible bergerak kedalam dan keluar Kristal. Oleh sebab itu , bentuk hidrat dan solvat ( pelarut kristalisasi bukan air) dapat menunjukkan ketersediaan hayati yang berbeda.
( 193 – 194 )
(Pengembangan Sediaan Farmasi)


8.  a) Pengertian granul
Granul merupakan sediaan multiunit brebentuk agglomerat dari partikel kecil serbuk. Granul merupakan hasil dari poroses granulasi yang bertujuan untuk meningklatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan-bulatan atau agregat-agregat dalam bentuk yang beraturan.
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet.

b) Keuntungan dan kerugian granul
Sediaan granul (multunit) memiliki beberapa keunmtungan dan kerugian di bandingkan dengan sediaan tunggal. Keuntungannya antara lain, lebih mudah diperkirakan waktu pengosongannya dilambung, variasi absorpsinya rendah, dan memiliki resiko yang lebih rendah untuk terjadinya dose dumping. Beberapa keerugian sediaan granul (multunit) di bandingkan sediaan tunggal antara lain, proses pembuatannya lebih sulit dan lebih mahal, dan proses pengisian kekapsul gelatin sulit terutama untuk partikel yang berbeda ukuran.

c) Pengujian granul
Parameter yang diamati adalah : uji homogenitas, uji sifat alir, uji kompresibilitas granul, dan uji distribusi ukuran granul.

Uji Sifat Alir (Aulton, 1988 ;Liebermann & Lachman, 1986)
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat.

Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988,FI IV 1995)
Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
Perhitungan : I = V0 –V x 100%
Keterangan : I = indeks kompresibilitas(%)
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL)
V = volume granul setelah dimampatkan(mL)
Syarat : tidak lebih dari 20%.

Uji Kerapuhan Granul
Kerapuhan granul yaitu gambaran stabilitas fisis granul. Dapat diamati lewat ketahanannya terhadap adanya getaran dengan menempatkannya di atas ayakan bertingkat yang digetarkan.

Uji Daya Serap Granul
Daya serap granul berpengaruh pada waktu hancur tablet. Faktor yang mempengaruhi penetrasi adalah porositas tablet dimana tergantung kompressi dan kemampuan penyerapan air dari material yang dipakai. Bahan penghancur mulai berfungsi diantaranya melalui proses pengembangan, reaksi kimia maupun secara enzimatis setelah air masuk ke dalam tablet (Boyland, 2002). Pada pembuatan tablet ampisilin ini yang digunakan sebagai penghancur adalah Avicel PH 101 yang merupakan selulosa yang dapat menyerap air dan mengembang lalu pecah. Berat air yang diserap oleh granul adalah 0,2287 g, yang merupakan berat rata-rata dari 3 kali replikasi yang dihitung setelah berat ampul yang ditimbang konstan.

Uji Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100 g granul waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik. Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet.















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1972. Farmakope Indonesia Edisi II. Depkes RI : Jakarta
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Anonim. 1994. Buku Pelajaran TEKFAR. Gajah mada University Press : Yogyakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta
Anonim. 2008. Tablet. http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/tablet.html. Diakses 15/04/2010. 
Ansel. 2005.  Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.  Universitas Indonesia : Jakarta
Anonim. 1996. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Drs. H. Syamsuni, Apt. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi
Goeswin Agoes. 2008.  Pengembangan Sediaan Farmasi. ITB : Bandung
Lachman. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi II. Universitas Indonesia : Jakarta
Moh. Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press :  Yogyakarta
Voight Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Jumat, 13 April 2012

Arti Demokrasi

Demokrasi adalah suatu pemikiran manusia yang mempunyai kebebasan  berbicara, megeluarkan pendapat. Negara Indonesia menunjukan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi sebagai bukti yang nyata, dalam peemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Selain itu bebas menyelenggarakan kebebasan pers. Semua warga negar bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya pemerintahan. Demokrasi memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat bahkan dalam memilih salah satu keyakinan pun dibebaskan.
            Untuk membangun suatu system demokrasi disuatu Negara bukanlah hal yang mudah karena tidak menutup kemungkinan pembangunan system demokrasi di suatu Negara akan mengalami kegagalan. Tetapi yang harus kita banggakan dmokrasi dinegara Indonesia sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat contahnya dari segi kebebasan, berkeyakinan, berpendapat atau pun berkumpul mereka bebas bergaul tanpa ada batasan-batasan yang membatasi mereka. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna masih banyak kritik-kritik yang muncul terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga negaranya. Dalam hal berkeyakian juga pemerintah belum sepenuhnya. Berdasarkan survei tingkat kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi smakin besar bahkan demokrasi adalah system yang terbaik meskipun system demokrasi itu tidak sempurna.
            Dengan begitu banyaknya persoalan yang telah melanda bangsa Indonesia ini. Keberhasilan Indonesia dalam menetapkan demokrasi tentu harus dibanggaan karena banyak Negara yang sama dengan Negara Indonesia tetapi Negara tersebut tidak bisa menegakan system demokrasi dengan baik dalam artian gagal. Akibat demokrasi jika dilihat diberbagai persoalan dilapangan adalah meningkatnya angka pengangguran, bertambahnya kemacetan dijalan, semakin parahnya banjir masalah korupsi, penyelewengan dan itu adalah contoh penomena dalam suatu Negara system demokrasi, demokrasi adalah system yang buruk diantara alternative-alternatif yang lebih buruk tetapi demokrasi memberikan harapan untuk kebebasan, keadilan dan kesejahtraan oleh karena itu banyak Negara-negara yang berlomba-lomba menerapkan system demokrasi ini.
            Dalam kehidupan berpolitikdi setiap Negara yang kerap selalu menikmati kebebasan berpolitik namun tidak semua kebebasan berpolitik berjalan sesuai dengan yang di inginkan, karena pada hakikatnta semua system politik mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Demokrasi adalah sebuah proses yang terus-menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Jika suatu Negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan kesejahtraan dengan sempurna. Maka Negara tersebut adalah Negara yang sukses menjalankan system demokrasi sebaliknya jika suatu Negara itu gagal menggunakan system pemerintahan demokrasi maka Negara itu tidak layak disebut sebagai Negara demokrasi. Oleh karena itu kita sebagai warga Negara Indonesia yang meganut system pemerintahan yang demokrasi kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga dan memperbaiki, melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi terbentuknya suatu system demokrasi yang utuh di dalam wadah pemeritahan bangsa Indonesia. Demi tercapaiya suatu kesejahtraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang sesungguhnya akan mengangkat Indonesia ke dalam suatu perubahan.




Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi.
Ia menilai, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik (IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab disapa SBY menerima anugerah medali demokrasi. SBY pun memaparkan panjang lebar perjalanan demokrasi Indonesia. Menurutnya, demokrasi Indonesia merupakan jawaban terhadap skeptisme perjalanan demokrasi di negeri ini. Beliau pun mencontohkan beberapa nada skeptis yang ditujukan kepada Indonesia. Pertama, demokrasi akan membawa situasi kacau dan perpecahan. Demokrasi di Indonesia hanyalah perubahan rezim, demokrasi akan memicu ekstrimisme dan radikalisme politik di Indonesia.
Beliau pun menambahkan bahwa demokrasi di Indonesia menunjukkan Islam dan moderitas dapat berjalan bersama. Dan terlepas dari goncangan hebat akibat pergantian 4 kali presiden selama periode 1998-2002, demokrasi Indonesia telah menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menjadi sebuah negara demokrasi terbesar di dunia dan melaksanakan pemilu yang kompleks dengan sangat sukses.
Meski pada awalnya banyak yang meragukan pelaksanaan demokrasi di Indonesia, kenyataannya demokrasi di Indonesia saat ini telah berusia 10 tahun dan akan terus berkembang. Sebagian orang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak akan berlangsung lama di Indonesia, karena masyarakatnya belum siap. Mereka juga pernah mengatakan bahwa negara Indonesia terlalu besar dan memiliki persoalan yang kompleks. Keraguan tersebut bahkan menyerupai kekhawatiran yang dapat membuat Indonesia chaos yang dapat mengakibatkan perpecahan.
Sementara itu, mantan wakil perdana menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang turut hadir menyebutkan bahwa demokrasi telah berjalan baik di Indonesia dan hal itu telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia yang berhasil melaksanakan demokrasi. Hal ini juga membuat Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia yang telah berhasil menerapkan demokrasi. Dia juga berharap agar perkembangan ekonomi juga makin meyakinkan sehingga demokrasi bisa disandingkan dengan kesuksesan pembangunan. Hal tersebut tentunya bisa terjadi bila demokrasi dapat mencegah korupsi dan penumpukan kekayaan hanya pada elit tertentu.
Demokrasi, menurut Anwar Ibrahim, adalah pemberian kebebasan kepada warga negara, sedangkan kegagalan atau keberhasilan ekonomi menyangkut sistem yang diterapkan.





Pandanganku tentang Demokrasi Indonesia
Demokrasi, menurut pandangan saya, dapat dirumuskan sebagai sistem politik yang menyediakan peluang- peluang konstitusional secara tetap untuk mengganti para pejabat pemerintahan, sekaligus dengan itu mengatur pula agar bagian terbesar rakyat diperbolehkan mempengaruhi keputusan-keputusan penting dengan memilih tokoh-tokoh lain yang bersaing untuk menduduki jabatan politik.
Demokrasi akan menjadi tidak tertib jika sistem politik tidak memiliki seperangkat tatanilai yang membolehkan persaingan yang adil dan damai bagi seorang warga untuk meraih kekuasaan (dalam pemerintahan). Lebih lanjut, jika hasil dari suatu kegiatan politik tidak mengarah pada pemberian kekuasaan yang efektif pada saat- saat yang ditentukan kepada kelompok alternatif, maka hasilnya adalah pemerintahan yang tidak stabil dan tak bertanggungjawab. Dalam kondisi begini, kekuasaan pemerintah secara lambat-laun akan bertambah besar dan suara rakyat terhadap kebijakan pemerintah menjadi tidak mempan karena kondisi untuk melakukan oposisi yang berkesinambungan tidak ada.
Saya rasa, apa yang terjadi di Indonesia adalah bahwa kelompok elite penguasa tidak lagi peka terhadap tuntutan perubahan dari masyarakatnya, yakni tuntutan untuk adanya suatu kontrol yang efektif oleh rakyat ke arah terciptanya suatu pemerintahan yang bersih lewat mekanisme demokrasi secara terbuka.
Setelah 30 tahun kita membangun, dan kini Indonesia tengah memasuki tahap tinggal landas untuk mencapai kemakmuran yang lebih besar, saya kira kondisinya sudah kondusif untuk lahirnya lembaga-lembaga demokrasi yang lebih bebas dan lebih terbuka serta berkembangnya masyarakat sipil.
Kehidupan politik yang senantiasa dikekang tidak lagi memadai untuk menjawab masalah-masalah yang semakin rumit dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia modern sekarang. Tidak juga cara- cara yang otoriter yang mendasarkan dalihnya pada anggapan bahwa cara-cara pemerintahan yang dijalankan sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri dan menjanjikan stabilitas politik yang menjamin lancarnya pembangunan.














Ancaman terbesar terhadap demokrasi Indonesia  Email | Print
January 13, 2004
Putus Asa, Ancaman Terbesar Demokrasi Indonesia
Jakarta, Selasa
Ancaman terbesar yang dihadapi keberadaan demokrasi di Indonesia saat ini adalah keputusaan terhadap demokrasi itu sendiri serta lemahnya kekuatan gerakan demokrasi dalam menghadapi kekuatan-kekuatan yang anti-demokrasi.
Demikian pendapat yang dilontarkan oleh peneliti dari International Crisis Group, Sidney Jones, dan pengamat politik dari CSIS, J. Kristiadi, di Jakarta, Selasa (13/1), dalam peluncuran dan bedah buku Gerakan Demokrasi di Indonesia Pasca-Soeharto.
"Ancaman terbesar mungkin perasaan putus asa terhadap demokrasi di Indonesia," kata Jones.
Ia melihat kehidupan demokrasi saat ini masih hidup, walaupun tidak sehat. Dicontohkannya, ada orang yang ditangkap karena menyobek poster Megawati, juga kemunduran kebebasan pers.
Juga, banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan berbagai kelompok sipil lainnya masih terjebak pada pola pikir lama, yaitu membangun perlawanan terhadap pihak anti-demokrasi dari luar. Pola pikir lama itu, terjadi pada era kekuasaan mantan presiden Soeharto di bawah rejim Orde Baru yang dipimpinnya selama 32 tahun.
"Tantangan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana bisa masuk ke dalam dan mencoba mengubah dari dalam sistem-sistem yang masih buruk," katanya.
Yang selama ini terjadi, menurutnya, justru kebalikannya. Sosok-sosok yang kritis dan ’vokal’ masuk ke suatu partai tertentu, namun setelah masuk kelantangan menyuarakan aspirasi demokratis justru makin menghilang. Namun demikian, ia menyatakan tidak setuju jika reformasi dianggap gagal.
"Terlalu dini untuk mengatakan reformasi gagal karena kurun waktu lima tahun tidak cukup untuk memperbaiki segala kesalahan yangterjadi pada masa Soeharto," ujarnya.
Senada dengan Jones, Kristiadi melihat bahwa gerakan-gerakan demokrasi yang ada saat ini belum mampu melakukan konsolidasi untuk melawan kekuatan yang disebutnya sebagai "sangat kontra demokrasi". Karena itu, seluruh gerakan demokrasi harus kembali menyusun agenda demokrasi mereka, baik dalam memperkuat konsep maupun jaringan.
"Yang diperlukan sekarang adalah strategi untuk membangun kekuatan bersama-sama untuk melawan konspirasi yang melibatkan politisi-politisi busuk yang sudah menjalin kekuatan dengan menggunakan institusi-institusi penegak demokrasi," tambahnya.
Ia menganggap, ancaman terbesar terhadap demokrasi di Indonesia adalah kegagalan orang-orang yang dipercaya rakyat menjadi anggota parlemen dan pejabat publik.
"Mereka gagal untuk membuktikan bahwa reformasi itu lebih bermanfaat dibandingkan masa lalu," katanya. (Ant/dna)
Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Arip Musthopa, menyatakan, demokrasi Indonesia masih belum mapan dan menuntut tingkat partisipasi yang luas dari rakyat.
"Perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, juga menuntut partisipasi luas dari rakyat. Dan Pemilu merupakan momentum atau pintu masuk ke arah tersebut," katanya di Jakarta, Kamis (20/11).
Hal tersebut dikatakan Arip Musthopa mengomentari tentang kejenuhan publik atas munculnya banyak partai, lengkap dengan iklan-iklannya yang membingungkan.
Kendati begitu, HMI menurut dia, tidak begitu sependapat dengan wacana golongan putih atau golput yang terus digembar-gemborkan sejumlah pihak, termasuk diberitakan beberapa media massa.
Golongan putih merupakan sebutan dari kelompok masyarakat yang tidak mau menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu.
"Kami berpendapat, Pemilu itu merupakan momentum atau pintu masuk ke arah perubahan yang lebih baik pada demokrasi Indonesia yang belum mapan," tegasnya.
Karena itu, ujarnya lagi, pihaknya menilai, gerakan golput yang diusung mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), merupakan bentuk pengingkaran atas upaya membangun demokrasi partisipatif dengan didasarkan pada kekecewaan pribadi serta kelompoknya.
Yang dibutuhkan saat ini, katanya, bukan apatis terhadap Pemilu seperti `golput` melainkan partisipasi aktif dengan menjadi dan membangun gerakan pemilih cerdas.
"Cerdas memilih adalah jalan keluar atas berbagai permasalahan bangsa saat ini," kata Arip Musthopa.
Sebelumnya, Gus Dur yang juga Ketua Umum Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali menyeru pimpinan PKB di daerah dari tingkat provinsi hingga kecamatan yang setia kepadanya untuk memboikot pemilu, baik Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) dan Pemilu Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
"Semua pemilu kita boikot," kata Gus Dur saat menggelar jumpa pers di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), di Jakarta, Rabu (19/11).
Aksi boikot tersebut, menurut Gus Dur, dilakukan dengan tidak mendaftarkan calon pada KPU dan KPU daerah, tidak berkampanye untuk siapa pun dan dengan sengaja menjauhi pendaftaran yang dilakukan oleh KPU setempat. (kpl/rif)














rangkaian kata

SMILE...

Dalam diamku terbayang akan senyum manismu
Yang terlepas ringan kepada setiap insan
Aku pun bertanya pada diriku
Apakah senyummu mempunyai arti tersendiri untukku?
Kuingin senyum itu berbeda
Sesuatu yang spesial yang tak kau berikan pada orang lain
Tapi akankah itukan terjadi?
Walau kutau itu takkan mungkin
Karena senyum itu tlah termiliki
Dan kini kuhanya bisa menikmatinya dari kejauhan

Fenol

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.


Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. [1]
Produksi
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara.
Penggunaan
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.
Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung.

Artikel Farmasetika

Nama    : Aulia Rahmita




KONSENTRASI PLASMA “ACTIVE METABOLITES” TRAMADOL
(O-demethyl tramadol)

ABSTRAK
    Banyak obat-obat yang beredar di pasar Indonesia untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tersebut yang lazim kita sebut dengan analgesik. Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya. Obat analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi (sehingga mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau sopor (sehingga nilai ambang nyeri naik) atau mengubah persepsi modalitas nyeri. Obat analgesik beragam macamnya diantaranya obat analgesik narkotik (opioid) dan obat analgesik non narkotik (non-opioid). Obat analgesik narkotik contohnya morphin sedangkan contoh obat analgesik non-narkotik adalah parasetamol, aspirin, dan masih banyak yang lain. Dalam penggunaan obat analgesik narkotik harus mempertimbangkan banyak hal, karena obat analgesik narkotik memiliki banyak efek samping yang tidak diinginkan, misalnya depresi pernafasan, dan adiksi (ketagihan). Akan tetapi obat analgesik golongan narkotik memiliki kemampuan analgesik yang cukup kuat untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri derajat sedang keatas.

    Dalam hal ini perkembangan dalam bidang farmasi terutama untuk mendapatkan obat analgesik yang ideal masih terus berlanjut, dikatakan ideal apabila mempunyai efek samping yang sedikit, dalam jumlah dosis yang sedikit mempunyai kemampuan analgesik yang cukup kuat, dan aman serta harganya murah. Salah satu analgesik yang banyak beredar dan dipergunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri derajat sedang keatas adalah tramadol. Tramadol merupakan obat analgesik yang bekerja secara sentral, bersifat agonis opioid (memiliki sifat seperti opium / morfin), dapat diberikan peroral ; parenteral ; intravena ; intramuskular, dalam beberapa penelitian menunjukkan efek samping yang ditimbulkan oleh karena pemberian tramadol secara bolus intravena diantaranya adalah mual, muntah, pusing, gatal, sesak nafas, mulut kering, dan berkeringat selain itu tramadol menunjukkan penggunaannya lebih aman bila dibandingkan dengan obat analgesik jenis morphin yang lain.

TRAMADOL
Dalam perkembangan untuk mendapatkan obat analgesik yang ideal, tramadol menjadi drug of choice sebagai analgesik. Tramadol adalah campuran rasemik dari dua isomer, salah satu obat analgesik opiat (mirip morfin), termasuk golongan aminocyclohexanol, yang bekerja secara sentral pada penghambat pengambilan kembali noradrenergik dan serotonin neurotransmission, dapat diberikan peroral, parenteral, intravena, intramuskular. Bereaksi menghambat nyeri pada reseptor mu opiat, analog dengan kodein.

Sifat-sifat Farmakodinamis                                       
   Tramadol mempunyai 2 mekanisme yang berbeda pada manajemen nyeri yang keduanya bekerja secara sinergis yaitu : agonis opioid yang lemah dan penghambat pengambilan kembali monoamin neurotransmitter. Tramadol mempunyai bioavailabilitas 70% sampai 90% pada pemberian peroral, serta dengan pemberian dua kali sehari dapat mengendalikan nyeri secara efektif. Tramadol mempunyai efek merugikan yang paling lazim dalam penggunaan pada waktu yang singkat dan biasanya hanya pada awal penggunaannya saja yaitu pusing, mual, sedasi, mulut kering, berkeringat dengan insidensi berkisar antara 2,5 sampai 6.5%. Tidak dilaporkan adanya depresi pernafasan yang secara klinis relevan setelah dosis obat yang direkomendasikan. Depresi pernafasan telah ditunjukkan hanya pada beberapa pasien yang diberikan tramadol sebagai kombinasi dengan anestesi, sehingga membutuhkan naloxone pada sedikit pasien. Pada pemberian tramadol pada nyeri waktu proses kelahiran, tramadol intravena tidak menyebabkan depresi pernafasan pada neonatus.

Sifat-sifat Farmakokinetik                               
       Setelah pemakaian secara oral seperti dalam bentuk kapsul atau tablet, tramadol akan muncul di dalam plasma selama 15 sampai 45 menit, mempunyai onset setelah 1 jam yang mencapai konsentrasi plasma pada mean selama 2 jam. Absolute oral bioavailability tramadol kira-kira sebesar 68% setelah satu dosis dan kemudian meningkat menjadi 90 hingga 100% pada banyak pemakaian (multiple administration). Tramadol sangat mirip (high tissue affinity) dengan volume distribusi 306 dan 203L setelah secara berturut-turut dipakai secara oral dan secara intravena.

Tramadol mengalami metabolisme hepatik, secara cepat dapat diserap pada traktus gastrointestinal, 20% mengalami first-pass metabolisme didalam hati dengan hampir 85% dosis oral yang dimetabolisir pada relawan muda yang sehat. Hanya 1 metabolit, O-demethyl tramadol, yang secara farmakologis aktif. Mean elimination half-life dari tramadol setelah pemakaian secara oral atau pemakaian secara intravena yakni 5 hingga 6 jam. Hampir 90% dari suatu dosis oral diekskresi melalui ginjal. Elimination half-life meningkat sekitar 2-kali lipat pada pasien yang mengalami gangguan fungsi hepatik atau renal. Pada co-administration (pemakaian bersama-sama) dengan carbamazepine untuk mempengaruhi ensim hepatik, elimination half-life dari tramadol merosot.

Pada wanita hamil dan menyusui tramadol dapat melintasi plasenta dan tidak merugikan janin bila digunakan jauh sebelum partus, hanya 0,1% yang masuk dalam air susu ibu, meskipun demikian tramadol tidak dianjurkan selama masa kehamilan dan laktasi. Walau memiliki sifat adiksi ringan, namun dalam praktek ternyata resikonya praktis nihil, sehingga tidak termasuk dalam daftar narkotika di kebanyakan negara termasuk Indonesia.

Efikasi Terapi                                              
     Sebuah studi melaporkan bahwa pada menejemen nyeri akibat melahirkan tramadol 100mg intramuskular sama efektifnya dengan 75mg pethidine intramuskular, 50mg tramadol tidak efektif untuk nyeri karena melahirkan, meskipun demikian keamanan penggunaan tramadol lebih aman dibanding dengan 75mg pethidine, lebih dari 2/3 pasien yang mendapatkan terapi tramadol tidak mendapatkan efek yang tidak diinginkan, sebaliknya lebih dari 1/3 pasien yang mendapatkan terapi pethidine mendapatkan efek yang tidak diinginkan. Tramadol dapat dikombinasikan dengan NSAIDs, karena mekanisme kerjanya tidak saling tumpang tindih, dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah 50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400mg/hari, efek samping dapat dikurangi dengan pengurangan dosisnya serta dengan pemberian yang perlahan pada intravaskular atau intramuskular. Pada pasien dengan nyeri derajat sedang sampai berat pasca operasi tramadol yang diberikan intravena atau intramuskular mempunyai kemampuan sama dengan pethidine (meperidine), namun secara klinis dengan dosis yang sama tramadol lebih efektif sepuluh kali bila dibandingkan dengan pethidine, 1-5% sama dengan nalbuphine, intravena tramadol 50-150 mg pada pasien dengan nyeri pasca operasi mempunyai potensi analgesik sama dengan morphine 5-15 mg, tetapi apabila tramadol diberikan pada epidural, 1-13% sama kemampuannya dengan morfin, dalam beberapa studi tramadol telah menunjukkan efikasinya pada waktu yang singkat pada nyeri kronis yang beragam macamnya. Dosis harian tramadol 250 mg sampai 600 mg yang diberikan secara oral ternyata merupakan analgesik efektif pada langkah ke dua menurut panduan World Health Organization untuk pengobatan pasien yang mengalami nyeri kanker.

Dosis                                                       
   Tramadol tersedia untuk pemakaian oral, parenteral dan rectal. Dosis tramadol hendaknya dititrasi menurut intensitas rasa nyeri dan respon masing-masing pasien, dengan 50 sampai 100 mg 4 kali biasanya untuk memberikan penghilangan rasa nyeri yang memadai. Total dosis harian sebanyak 400mg biasanya cukup. Suntikan intravena harus diberikan secara perlahan-lahan guna mengurangi potensi kejadian yang merugikan, teruatama rasa mual. Berdasarkan data faramakokinetik, perlu hati-hati pada pasien dengan disfungi ginjal atau hepatik karena potensi tertundanya eliminasi dan akumulasi obat yang ada. Pada sejumlah pasien ini, interval dosis harus diperpanjang. Tramadol dapat digunakan pada anak-anak dengan dosis sebesar 1 hingga 2 mg/kg.

Mekanisme ANSI                                                 
  Salah satu descending inhibitory pathway muncul pada bidang abu-abu periaqueductal synapses pada raphe magnus dan kemudian menonjol sampai ke spinal cord. Neurotransmitter yang dilepas oleh pathway yaitu serotonin (5-hydroxytryptamine; 5-HT). Major descending pathway muncul pada locus coeruleus pons. Neurotransmitter untuk pathway ini adalah noradrenaline (norepinephrine) dan agaknya hal ini menghambat respon nyeri pada spinal cord karena mekanisme nor-adrenergic. Bidang abu-abu periaqueductal, medullary raphe dan dorsal horn dari spinal cord semuanya mengandung suatu densitas yang tinggi peptide indogen opiat dan receptor opiat. Mekanisme yang digunakan oleh opioid analgesik menghambat persepsi nyeri yang terjadi, sebagian karena kegiatan descending serotonergic dan noradrenergic pathways. Tramadol memiliki reseptor opoid yang sedikit dengan nilai konstan (Ki) pada rentang mikromolar dari 2,1 sampai 57,5 pmol/L. Pada konsentrasi sampai 10 sampai 100 µmol/L, tramadol tidak mengikat reseptor 5-HT2. Satu-satunya metabolit tramadol, O-demethyl tramadol (M1), memiliki 4 sampai 200 kali lebih besar untuk reseptor µ-opioid dibandingkan tramadol: sejumlah penyimpangan ini mungkin dijelaskan oleh radioligand yang dipakai dalam penelitian binding. Meski demikian, metabolit ternyata tidak memberikan kontribusi pada efek analgesik dosis tunggal tramadol 100mg yang dipakai secara oral bagi 12 relawan. Pemakaian quinidine secara oral 50mg 2 jam sebelum tramadol yang menghasilkan dua pertiga inhibisi (hambatan) formasi M 1 namun tidak menimbulkan efek terhadap analgesi tramadol, yang diukur dengan ambang nyeri subyektif dan obyektif. Efek analgesik tramadol pada tail-flick test yang dilakukan terhadap tikus besar atau tikus kecil telah seluruhnya diantagoniskan oleh opioid receptor antagonist naloxone, yang memperkuat aksi central site yang dimediasi oleh opioid receptor. Kendati demikian, berlawanan dengan morphin, pada sejumlah tes, seperti konstriksi mouse abdominal dan uji hot plate, atau vocalisation threshold (ambang vokalisasi) terhadap paw pressure test pada tikus normal dan tikus artritis, efek analgesik tramadol secara analgesik diantagoniskan oleh naloxone. Efek depresan tramadol terhadap aktivitas nociceptive yang terjadi pada ascending axons dari spinal cord tidak terhapus oleh aminophylline dan tidak seluruhnya diantagoniskan oleh naloxone.

ACTIVE METABOLITES TRAMADOL                     
      Setelah pemakaian secara oral dosis tunggal tramadol sebanyak 100mg dalam kapsul atau tablet pada relawan muda yang sehat, konsentrasi plasma dapat dideteksi dalam waktu sekitar 15 sampai 45 menit, dan mean puncak konsentrasi plasma obat (Cmax) sebesar 280 sampai 308 ug/L tercapai pada 1,6 hingga 2 jam paska dosis. Mean bioavailabilitas tramadol oral setelah pemakaian dosis tunggal yaitu sebesar 68%, yang lebih tinggi dibandingkan morphine, pethidine dan pentazocine, yang semuanya ini cenderung memiliki bioavailabilias rendah dan variabel berubah-ubah.

Setelah beberapa pemakaian secara oral tramadol 100 mg 4 kali sehari selama 7 hari, Cmax 16% lebih tinggi dan di bawah kurva waktu konsentrasi plasma (AUC) 36% lebih tinggi setelah satu dosis tunggal sebanyak 100mg, yang menunjukkan bahwa bioavailabilitas oral meningkat sekitar 90 hingga 100% terhadap beberapa kali pemakaian (multiple aplication) secara oral yang kemungkinan karena hepatik metabolisme jenuh first-pass. Mean bioavailabilitas mutlak setelah pemakaian intramuskuler yaitu sebesar 100% dan setelah pemakaian rektal sebesar 78%. Tramadol terdistribusi dengan cepat setelah pemakaian intravena dengan distribusi waktu paruh (half-life) pada fase awal selama 6 menit setelah fase distribusi yang lebih lambat dengan waktu paruh selama 1,7 jam. Volumes distribusi (Vd) menyusul pemakaian secara oral dan intravena pada relawan muda yang sehat sebesar 306 dan 203L, secara berturut-turut, yang menunjukkan bahwa tramadol memiliki high tissue afinitas jaringan yang tinggi. Pengikatan protein plasma sebanyak 20%. Tramadol memasuki plasenta dengan konsentrasi serum pada umbilical vein (pusar) yang menjadi 80% pada maternal vein. Metabolisme dan Pengurangan (Eliminasi). Pada hakikatnya, tramadol dimetabolisasi oleh liver dan diekskesi melalui ginjal. Elimination halflife (t1/2el) tramadol pada relawan muda yang sehat menyusul dosis tunggal intravena atau oral selama 5,1 sampai 5,9 jam. Tramadol mengalami biotransformasi dalam liver karena dua main metabolic pathway untuk membentuk senyawa N- dan O-demethylated (reaksi fase I). Metabolit O-demethylated mengalami konjugasi lebih lanjut (reaksi fase II). Lima metabolit yang muncul dari reaksi fase I dan enam dari reaksi fase II telah diketahui; metabolit pokok yakni O-demethyl tramadol dan konjugat-nya, di-NO-demethyl tramadol dan konjugat-nya serta mono-N-demethyl tramadol. O-demethyl tramadol metabolite (M1) tampaknya memiliki aktivitas analegesik pada tikus besar dan tikus kecil sebagaimana yang diukur pada respon tail flick dengan 2 sampai 4 kali potensi tramadol dalam pengujian ini. Pada penelitian receptor binding, M I memiliki 4 kali (1) sampai 200 kali afinitas yang lebih besar bagi µ-opioid receptor dibandingkan senyawa induk (parent compound). Tidak ada 10 metabolit lainnya yang secara farmakologis aktif. Elimination half-life metabolite tidak berbeda dengan elimination half-life metabolite tramadol, yang menurunkan kemungkinan terakumulasiya metabolit setelah beberapa pemakaian. Elimination half-life dari metabolite aktif (M1) pada relawan muda yang sehat selama 6,7 jam.

Pada penelitian yang sama, AUC untuk Ml adalah sekitar 4 kali dibandingkan yang AUC senyawa induk. Kendati demikian, metabolit M1 tidak memiliki kontribusi pada efek analgesik tramadol pada relawan sehat. Setelah pemakaian secara oral tramadol pada manusia, sekitar 90% tramadol dieksresi melalui ginjal dengan 10% yang muncul pada feses. Ekskresi tramadol yang tidak berubah pada relawan sehat yakni sebesar 16% setelah pemakaian intravena dan sebesar 13% setelah pemakaian secara oral, yang menunjukkan bahwa sekitar 85% dosis mengalami metabolisasi. Ekskresi ginjal secara kumulatif M1 pada relawan sehat yang muda sekitar 7,5%. Total clearance tramadol sebesar 28,0 dan 42, 6 L/jam menyusul pemakaian secara intravena dan oral, secara beturut-turut. Hanya 0,1% dosis tramadol didapati terekskresi pada ASI wanita, suatu jumlah yang tidak mungkin menghasilkan efek signifikan pada bayi.
http://yosefw.wordpress.com

Teknik Pembuatan Biakan Murni

LAPORAN MIKROBIOLOGI DASAR


BAB 1
PENDAHULUAN



I.1 LATAR BELAKANG
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Pelczar & Chan, 1986).
Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut.
Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagi macam ketentuan seperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme bersel tunggal, biasanya air sangat penting sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel silika. Bahan agar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus Gelidium). Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100oC dan akan cair apabila kurang lebih 43oC (Hadioetomo, 1993). Menurut Schlegel (1993) agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode bacteriaological.
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril.
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta mikromanipulator (the micromanipulator method).
Teknik transfer aseptis ada meliputi beberapa teknik seperti Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose, Pipetting (mentransfer dengan pipet) serta Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar dengan alkohol) (Anonim, Http://www.rachdie.blogsome.com/).

l.2  TUJUAN PRAKTIKUM
     Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami teknik pembuatan biakan murni dari mikroba yang telah diisolasi.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan kita, ada beberapa diantaranya bermanfaat dan ada pula yang merugikan.Salah satu teknik untuk membiakan ( menumbuhkan ) bakteri, yang menjadi padat dan tetap tembus pandang pada suhu inkubasi. Media yang baik adalah agar, dapat dilarutkan dalam larutan nutrien dan bilamana menjadi gel akan tetap padat dalam kisaran temperatur yang luas. Mikroorganisme terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita mereka ada pada tubuh kita, didalam tubuh kita, dan disekeliling kita. Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem. Dihabitat alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mokroorganisme, bersama spesies-spesies biologi lainnya. Didalam komunitas ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa bersifat menguntungkan beberapa merugikan ( Pelczar, 1988 ).
Untuk mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk mengembakbiakkan mereka dalam skala laboratorium. Pengembangbiakan ini dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah, udara, sisa makanan, dll, dalam media yang mengandung nutrisi.
Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur dan isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari satu sumber ke media pertumbuhan steril. Biakan yang tumbuh disebut dengan kultur. Isolat adalah biakan murni dari mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu jenis, sedangkan isolasi adalah usaha untuk mendapatkan isolat.
Sumber isolasi → Inokulasi → Kultur/biakan → Isolasi → Isolat.
Media pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media penyubur, media diferensial, dll. Masing-masing media memiliki fungsi berbeda dan digunakan tergantung tujuan dari praktikan.
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Team Pengajar Mikrobiologi Dasar, 2009).
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Medium ini dapat berfungsi sebagai sumber nutrisi yang diperlukan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.
Cara menyendirikan biakan murni   
Dalam keadaan sebenarnya (di alam bebas) tidak ada bakteri yang hidup tersendiri terlepas dari spesies lainnya. Kerapkali bakteri patogen kedapatan bersama-sama bakteri saproba. Yang terakhir ini boleh disebut penyerbu yang membonceng (secondary invaders). Mungkin juga bakteri patogen yang membonceng. Untuk menentukan siapa pembonceng dan siapa yang diboncengi diberikan pedoman “siapa yang kedapatan di situ lebih dulu, dan siapa yang datang terkemudian”.
Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara, yaitu pengembangbiakan dalam media cawan petri dan dalam tabung reaksi. Pengembangbiakan dalam cawan petri ada beberapa metode, yaitu :   
1.    Metode cawan gores (streak plate)   
Metode cawan gores cukup sulit bagi pemula, terutama mahasiswa semester awal yang baru mengambil mata praktikum mikrobiologi. Kesulitan dari metode ini, yaitu proses penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga memudahkan terjadinya kontaminasi dan kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi.

Metode cawan gores terdapat 3 tahap, yaitu : first streak, second streak dan third streak. Pada tahap-tahap tersebut mepunyai goresan yang berbeda, yaitu first streak goresan lebih rapat, pada second streak goresan agak renggang dan pada third streak goresan lebih renggang lagi.
2.    Metode cawan tuang (pour plate)   
Metode cawan tuang sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml garam fisiologis (NaCl 0.85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan).    Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan (di laboratorium, kontaminasi biasanya terjadi akibat tumbuhnya kapang, seperti Penicilium dalam biakan). Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan (media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses pengamatan. pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan dalam incubator
3.    Metode cawan sebar (spread plate)   
Pada metode cawan sebar, 0.1 ml suspensi bakteri yang telah diencerkan (metode 3) disebar pada media penyubur steril yang telah disiapkan. Selanjutnya, suspensi dalam cawan diratakan dengan batang drygalski agar koloni tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut, kemudian diletakkan dalam inkubator (37oC) selama 1-2 hari. Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang drygalski. Alih-alih koloni tumbuh merata, biakan justru terkontaminasi. Oleh karena itu, batang drygalski harus benar-benar steril, yaitu dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan dengan api bunsen. Perlu diingat, batang drygalski, yang masih panas akibat pemanasan dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus didinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (±15 cm).
Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang menjadi satu koloni bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.
Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni. Isolasi murni dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media padat agar miring dalam tabung reaksi.
Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya berasal dari satu jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakterisasi berdasarkan tipe pertumbuhannya pada media agar miring (Anonim,2009).
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril (Anonim, Http://blogger.com).
Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Terdapat beberapa faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain: suhu, kelembapan, cahaya, pH, AW dan nutrisi. Apabila faktor-faktor abiotik tersebut memenuhi syarat, sehingga optimum untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak (Anonim, Http://iqbalali.com).
Bakteri merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup (Team Pengajar Mikrobiologi Dasar, 2009).






BAB III
METODE KERJA
Pewarnaan dan cara-cara pewarnaan

a.    Alat – alat yang digunakan :        1. Object glass
2. Cawan petri
        3. Bunsen
4. Jarum ose
5. Pipet tetes
6. Penjepit
7. Korek api

b.    Bahan – bahan yang digunakan :     1. Aquades
2. Alkohol 96%
3. Biakan dari 1 jenis bakteri
4. Larutan crystal violet
5. Larutan lugol’s iodida
6. Larutan pencuci atau alcohol
7. Tissue

c.    Cara Kerja (Pewarnaan Sederhana)
1.    Bersihkan object glass dengan alcohol hingga bebas lemak, kemudian fiksasi diatas nyala lampu spiritus
2.    Panaskan jarum ose dan tepi cawan petri yang berisi bakteri.
3.    Ambil secaran aseptik 1 ose suspensi bakteri dan ratakan diatas object glass.
4.    Dikering anginkan preparat tersebut, hingga  membentuk noda.
5.    Setelah dingin teteskan pada noda larutan zat warna sebanyak 2 tetes, dan biarkan selama 1 atau 2 menit.
6.    Cuci dengan air mengalir sampai sisa-sisa zat warna tercuci seluruhnya.
7.    Selanjutnya preparat dikering anginkan.
8.    Amati dibawah mikroskop, sel-sel bakteri akan tampak berwarna merah (ungu) dengan bentuk-bentuk bakteri tersebut.
9.    Hasil.

d.    Cara Kerja (Pewarnaan negatif)
1.    Bersihkan object glass dengan alcohol hingga bebas lemak, kemudian fiksasi diatas nyala lampu spiritus
2.    Panaskan jarum ose dan tepi cawan petri yang berisi bakteri.
3.    Ambil secaran aseptik 1 ose suspensi bakteri dan ratakan diatas object glass.
4.    Dikering anginkan preparat tersebut, hingga  membentuk noda.
5.    Setelah dingin teteskan pada noda larutan zat warna nigrosin / tinta cina sebanyak 2 tetes, kemudian ratakan dengan pipet.
6.    Selanjutnya preparat dikering anginkan.
7.    Amati dibawah mikroskop, sel-sel bakteri akan tampak transparan dengan latar belakang gelap.
8.    Hasil.

e.    Cara Kerja (Pewarnaan gram)
1.    Bersihkan object glass dengan alcohol hingga bebas lemak, kemudian fiksasi diatas nyala lampu spiritus
2.    Panaskan jarum ose dan tepi cawan petri yang berisi bakteri.
3.    Ambil secaran aseptik 1 ose suspensi bakteri dan ratakan diatas object glass.
4.    Dikering anginkan preparat tersebut, hingga  membentuk noda.
5.    Setelah dingin teteskan pada noda larutan zat warna utama yaitu cristal violet sebanyak 2 tetes, dan biarkan selama 1 atau 2 menit.
6.    Cuci dengan air mengalir sampai sisa-sisa zat warna tercuci seluruhnya dan dikering anginkan.
7.    Teteskan dengan larutan lugol dan biarkan selama 1 menit,cuci dengan air mengalir dan kering anginkan.
8.    Kemudian cuci dengan alkohol 95 % selama 30 detik,selanjutnya cuci dengan air mengalir dan kering anginkan.
9.    Beri larutan basic fuchsin atau safranin selama 2 menit.
10.    Cuci dengan air dan kering anginkan.
11.    Amati dibawah mikroskop dan catat hasilnya.





BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1
   
4.2    Pembahasan



BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Dalam pembuatan biakan murni digunakan media NA dengan metode cawan gores. Dalam menggoreskan bakteri pada media dengan menggunakan jarum ose harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai media NA rusak karena tergores ujung dari jarum ose. Dalam membuat goresan di atas media, sebaiknya tidak terlalu rapat. Agar bakteri yang tumbuh dapat terlihat.
5.2    Saran
Diharapkan dalam praktikum pembungkusan alat harus sesuai dengan yang telah diberitahukan pembimbing praktikum dan para praktikan diharapkan dapat memaksimalkan waktu sebaik mungkin. Serta praktikan dapat lebih memperhatikan kesterilan dalam pengerjaan praktikum.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009,Visualisasi Bakteri. Http ://www.scribd.com. Diakses 26/03/2009

Anonim, 2009, Pengendalian Mikroba. Http://www.rachdie.blogsome.com/ Diakses 26/03/2009

Anonim, 2009. Tekhnik Dasar Isolasi Mikrobiologi. Http://blogger.com. Diakse26/03/2009

Anonim, 2009. Isolasi Bakteri. Http://iqbalali.com, Diakses 26/03/2009
Anonim, 2009. Sejarah Mikroorganisme. http://massofa.wordpress.com. Diakses 03/04/2009
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.
Lim,D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. McGrow-hill book, New york.
Pelczar,Michael. 2006. Mikrobiologi Dasar. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Tim Pengajar Mikrobiologi dasar. 2009. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Program Studi Biologi, FMIPA UNMUL, Samarinda



Teknik Dasar Isolasi Mikroba

LAPORAN MIKROBIOLOGI DASAR



Di Susun Oleh :


    Alvia                 :    723901S.08.002
    Aulia Rahmita    :    723901S.08.008
    Dwi Hendro Prasetyo    :    723901S.08.018
    Fitri Widiarti      :    723901S.08.023
    Martina Reni      :    723901S.08.038
                      


BAB 1
PENDAHULUAN



I.1 LATAR BELAKANG
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Pelczar & Chan, 1986).
Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus disterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada mikroorganisme lain, yang tidak diinginkan, tumbuh dalam media tersebut, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media tersebut.
Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalamnya harus memperhatikan berbagi macam ketentuan seperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme bersel tunggal, biasanya air sangat penting sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel silika. Bahan agar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus Gelidium). Agar akan larut atau cair pada suhu hampir 100oC dan akan cair apabila kurang lebih 43oC (Hadioetomo, 1993). Menurut Schlegel (1993) agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode bacteriaological.
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril.
Teknik transfer aseptis ada meliputi beberapa teknik seperti Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose, Pipetting (mentransfer dengan pipet) serta Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar dengan alkohol) (Anonim, Http://www.rachdie.blogsome.com/).

l.2  TUJUAN PRAKTIKUM
     Agar praktikan dapat mengetahui tekhnik dasar isolasi mikroba
     Agar praktikan dapat mengidentifikasi koloni bakteri yang telah diisolasi dalam medium




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan kita, ada beberapa diantaranya bermanfaat dan adapula yang merugikan.Salah satu teknik untuk membiakan ( Menumbuhkan ) bakteri, yang menjadi padat dan tetap tembus pandang pada suhu inkubasi. Media yang baik adalah agar, dapat dilarutkan dalam larutan nutrien dan bilamana menjadi gel akan tetap padat dalam kisaran temperatur yang luas. Mikroorganisme terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita mereka ada pada tubuh kita, didalam tubuh kita, dan disekeliling kita. Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem. Dihabitat alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mokroorganisme, bersama spesies-spesies biologi lainnya. Didalam komunitas ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa bersifat menguntungkan beberapa merugikan ( Pelczar, 1988 ).
Untuk mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk mengembakbiakkan mereka dalam skala laboratorium. Pengembangbiakan ini dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah, udara, sisa makanan, dll, dalam media yang mengandung nutrisi.
Media pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media penyubur, media diferensial, dll. Masing-masing media memiliki fungsi berbeda dan digunakan tergantung tujuan dari praktikan.
Untuk menyendirikan suatu spesies ada dikenal beberapa cara, salah satunya yaitu dengan pengenceran. Cara ini pertama-tama dilakukan oleh Lister dalam tahun 1865. Ia berhasil memiara murni Streptococcus lactis yang diisolasikannya dari susu yang sudah masam. Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari enceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi. Dan dari pengenceran yang kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium tersebut, tetapi mungkin juga kita hanya memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni murni, dan selanjutnya spesies ini dapat kita jadikan biakan murni. Kalau kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Anonim, Http://www.scribd.com).
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Team Pengajar Mikrobiologi Dasar, 2009).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta mikromanipulator (the micromanipulator method).
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Medium ini dapat berfungsi sebagai sumber nutrisi yang diperlukan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril (Anonim, Http://blogger.com).

Teknik transfer aseptis ada meliputi beberapa teknik seperti Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose, Pipetting (mentransfer dengan pipet) serta Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar dengan alkohol) (Anonim, 2006).
Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Terdapat beberapa faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain: suhu, kelembapan, cahaya, pH, AW dan nutrisi. Apabila faktor-faktor abiotik tersebut memenuhi syarat, sehingga optimum untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak (Anonim, Http://iqbalali.com).
Bakteri merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup (Team Pengajar Mikrobiologi Dasar, 2009).
Teknik dasar analisis mikrobiologi dapat dilakukan dengan teknik pengenceran. Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi.
Saat pengambilan sampel harus diperhatikan sterilitasnya, diusahakan tidak ada kontaminasi dari kulit canalis auditorius externus dengan teknik : kulit dibersihkan dengan alkohol 70%; kontaminasi dari udara luar dihindari dengan meletakkan lampu bunsen di depan lubang botol steril berisi media transport saat memasukkan sampel ke dalam cawan petri (Anonim, http://rachdie.blogsome.com).
Mikroba di alam mengambil peranan sangat penting dan terdapat dalam berbagai kondisi klimat : baik dingin, panas, basah, kering, ada udara, tidak ada udara, asin, tawar, asam, basa, bertekanan atau tidak bertekanan, simbiosis dengan host atau parasit terhadap host, dll.
Dalam studi dan analisis terhadap mikroba diperlukan isolasi mikroba tersebut dari tempat hidupnya. Teknik isolasi yang benar dan tepat perlu dilakukan dilapangan dan dilaboratorium. Tekhnik benar dan tepat akan menjamin jenis-jenis yang tepat dan kemudahan dalam memprediksi dan mengidentifikasinya (Team Pengajar Mikrobiologi Dasar, 2009).
Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur dan isolasi. Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari satu sumber ke media pertumbuhan steril. Biakan yang tumbuh disebut dengan kultur. Isolat adalah biakan murni dari mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu jenis, sedangkan isolasi adalah usaha untuk mendapatkan isolat.
Sumber isolasi → Inokulasi → Kultur/biakan → Isolasi → Isolat.
Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara, salah satunya pengembangbiakan dalam media cawan petri. Pada pembuatan media agar padat di perlukan takaran agar yang benar. Jika pembuatannya terlalu pekat maka Aw rendah sehingga mikroorganisme tak akan tumbuh dengan baik. Dan sebaliknya jika pembuatan media terlalu encer maka nutrisi sedikit dan hal tersebut menyebabkan mikoorganisme terhambat pertumbuhannya pula (Anonim, http://scribd.com).





BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1
4.1.1    Media NA 10-5
            
1.    Warna        : Putih
    Form        : Filamentous
    Margin        : Filamentous
    Permukaan    : Rata
    Elevasi        : Flat
2.    Warna        : Putih
    Form        : Circular
    Margin        : Entire
    Permukaan    : Rata
    Elevasi        : Convex


4.1.2    Media NA 10-6           

3.    Warna        : Putih
    Form        : Irregular
    Margin        : Undulate
    Permukan    : Berlendir
    Elevasi        : Convex
4.    Warna        : Putih
    Form        : Fillamentous
    Margin        : Undulate
    Permukaan    : Berlendir
    Elevasi        : Flat

   
4.1.3    Media PDA 10-5

1.    Warna        : Putih
    Form        : Circular
    Margin        : Entire
    Permukaan    : Berlendir
    Elevasi        : Convex

4.1.4    Media PDA 10-6
   
Ket : Mikroba tidak tumbuh




4.2    Pembahasan
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta mikromanipulator (the micromanipulator method) (D. Lim, 1998).
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Medium ini dapat berfungsi sebagai sumber nutrisi yang diperlukan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu (Dwidjoseputro, 1994).
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pada pengamatan mikroba kali ini, digunakan teknik pengenceran atau dilusi. Tekhnik ini sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count). Sampel yang digunakan adalah sampel tanah humus. Tanah humus merupakan tanah yang sangat subur dan berasal dari pembusukan daun-daun tumbuhan. Tanah humus adalah salah satu media tumbuh  yang baik untuk bakteri. Terlebih jika bercampur dengan pembusukan dari kotoran-kotoran hewan.
Sampel tanah humus yang akan digunakan sebagai media, hendaknya adalah tanah yang gembur atau subur. Hal ini dikarenakan supaya bakteri yang akan diisolasi dan diidentifikasi dapat tumbuh dengan baik. Tanah humus juga merupakan tempat tempat hidup yang baik untuk cacing karena banyak mengandung O2 (oksigen). Sehingga diharapkan dapat mengandung banyak bakteri.
Tekhnik pengenceran yang dilakukan merupakan teknik yang paling baik digunakan untuk mengidentifikasi bakteri yang tumbuh. Tujuan dari penggunaan teknik pengenceran ini adalah untuk meminimalisasi mikroba yang tumbuh (Anonim, http://www.scribd.com).
Organisme hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Subtansi kimia organik dan inorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil dari likungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel. Di sel beberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses seluler (Lim, 1998). Bakteri dalam medium NA juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan bakteri berarti meningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang menyusun). Apabila disusun 10 bakteri dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiap milimeternya, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadi dengan proses yang disebut dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru (Volk, 1993).
PH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut. Medium  PDA didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan bahwa medium masih steril, karena selain pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan (Dwidjoseputro, 1994).
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak plate), cara taburan atau tuang (pour palte), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta mikromanipulator (the micromanipulator method). Jadi tujuan dari isolasi dan identifikasi mikroba adalah untuk keperluan studi dan analisis terhadap mikroba tersebut baik setiap karakteristik pertumbuhan koloni tiap mikroorganisme .
Teknik pengenceran dilakukan pada sampel tanah hanya sampai pada pengenceran tingkat 6. Hal ini dikarenakan tanah tingkat kepekatannya lebih tinggi. Sehingga bakteri yang didapatkan bisa lebih di minimalisir. Sedangkan pengenceran pada air hanya sampai pada pengenceran tingkat 3. hal ini dikarenakan air tingkat kepekatannya lebih rendah.
Dalam pengenceran NA 10-5 terdapat beberapa bakteri yang tumbuh tetapi hanya terdapat 2 jenis koloni yang berbeda antara lain fillamentous dan circular. Dalam pengenceran NA 10-6 terdapat beberapa bakteri yang tumbuh tetapi hanya terdapat 2 jenis koloni yang berbeda antara lain fillamentous dan irregular. Namun pada media NA 10-5 jumlah bakteri yang tumbuh lebih sedikit dari media NA10-6, seharusnya bakteri yang tumbuh lebih banyak di pengenceran 10-5 karena pengenceran 10-5 lebih pekat daripada pengenceran 10-6. Adanya perbedaan pada identifikasi kali ini disebabkan karena kesalahan dari praktikan dalam cara kerja atau adanya kekeliruan penandaan pada sampel oleh praktikan. Serta kurang sterilnya tangan praktikan pada saat dilakukannya pengenceran sampel dalam laminar air flow. Kesalahan ini juga dapat disebabkan oleh kurang homogennya pada waktu pengenceran.
Sedangkan dalam pengenceran PDA 10-5 hanya terdapat 1 bakteri yang tumbuh, yaitu bentuk koloni circular. Dalam pengenceran PDA 10-6, tidak terdapat bakteri yang tumbuh. Hal ini disebabkan karena pada saat pengenceran, kurang homogennya pemipetan oleh praktikan. Sehingga, hanya sedikit bakteri yang tumbuh (Team Pengajar Mikrobiologi Dasar, 2009).
BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
-    Tekhnik dasar isolasi mikroba pada praktikum kali ini adalah dengan tekhnik pengenceran. Dalam pengerjaan mikrobiologi sangat memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari.
-    Pada hasil identifikasi, dalam satu media dapat menghasilkan beberapa jenis koloni yang berbeda.
-    Adanya perbedaan dari tingkat pengenceran, dapat mempengaruhi banyaknya bakteri yang tumbuh pada media.
5.2    Saran
Diharapkan dalam praktikum pembungkusan alat harus sesuai dengan yang telah diberitahukan pembimbing praktikum dan para praktikan diharapkan dapat memaksimalkan waktu sebaik mungkin. Serta praktikan dapat lebih memperhatikan kesterilan dalam pengerjaan praktikum.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009,Visualisasi Bakteri. Http ://www.scribd.com. Diakses 26/03/2009
Anonim, 2009, Pengendalian Mikroba. Http://www.rachdie.blogsome.com/ Diakses 26/03/2009
Anonim, 2009. Tekhnik Dasar Isolasi Mikrobiologi. Http://blogger.com. Diakses 26/03/2009
Anonim, 2009. Isolasi Bakteri. Http://iqbalali.com, Diakses 26/03/2009
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.
Lim,D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. McGrow-hill book, New york.
Pelczar,Michael. 2006. Mikrobiologi Dasar. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Tim Pengajar Mikrobiologi dasar. 2009. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Program Studi Biologi, FMIPA UNMUL, Samarinda