CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 13 April 2012

Laporan pil

BAB I
PENDAHULUAN

1. Maksud Praktikum
    Adapun maksud dari praktikum farmasetika dasar ini yaitu :
a.    Agar dapat mengetahui proses pembuatan sediaan pil
b.    Agar dapat terampil mengerjakan resep-resep sediaan pil

2. Tujuan praktikum
    Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1.    Dapat membuat sediaan pil dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip kerja.
2.    Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing pil, efek samping, serta memberikan informasi kepada pasien (edukasi)




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

    Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg.
    Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli. Boli biasanya digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi, kuda dan lain-lain.
    Bila tidak disebut lain granula mengandung bahan obat berkhasiat 1 mg.
    Untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat pengisi untuk memperbesar volume, zat pengikat dan zat pembasah dan bila perlu ditambah zat penyalut.
1.    Sebagai zat pengisi digunakan Liquiritiae Radix, Saccharum Lactis, dalam hal khusus untuk zat oksidator digunakan Bolus Alba, campuran Succus Licuiritiae dan Licuiritiae Radix sama banyak (pulfis pro pilulae) dan bahan lain yang cocok.
2.    Sebagai zat pengikat Succus Licuiritiae, P.G.A., Tragacanthae, Pulvis Gummosus (campuran P.G.A, Tragakan dan Sacchaeum albim), Oleum Cacao, Adeps Lanae, Vaselinum dan bahan lain yang cocok.
3.    Sebagai zat pembasah digunakan air, gliserol, sirop, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok.
4.    Sebagai zat penyalut digunakan perak, Balsamum Tolutanum, Serlak, kolodium, Salol, Gelatin, gula atau bahan lain yang cocok. (Anief, 2004)
Syarat pil menurut F.I. ed III adalah :
1.    Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga tidak hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut enteric tidak hancur dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus.
2.    Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-rata, penyimpangan terbesar bobot rata-rata, adalah:
           Untuk bobot rata-rata pil            Penyimpanan terbesar
                                18 pil        2 pil
      100 mg sampai 200 mg                10%        20%
      250 mg sampai 500 mg                7,5%        15%
3.    Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compressi yaitu dalam air 36 – 38 derajat selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut.
Pembuatan pil yang menghendaki tindakan khusus :
1.    Pil yang mengandung senyawa Hydrargyrum, dibuat dengan menggerus Hydrargyrum, dengan sama berat Licuiritiae Radix dan air, setelah tidak terlihat butir Hydrargyrum (mati) maka massa ditambah Licuiritiae Radix dan Succus Licuiritiae secukupnya sampai mendapat massa pil yang cocok.
2.    Pil yang Mengandung Ferrosi Carbonas dan Ferrosi Iodidum.
    Untuk pil Ferrosi Carbonas setiap pil mengandung 50 mg dan formula untuk pembuatan 300 pil jadi seluruh formula mengandung 15 gram Ferrosi Carbonas. Dibuat dengan mereaksikan Ferrosi Sulfat dengan natrii/ bikarbonas diatas tangas air. Sebagai pereduksi adalah Mel dan sebagai zat pembasah gliserin dan air sampai berat tertentu
3.    Pil yang mengandung garam-garam yang dapat menyerap air, seperti Natrii Bromidum dan Natrii Iodidum sering terjadi penggumpalan hingga sulit sulit dibuat massa pil yang baik. Untuk mencegahnya maka perlu diberi air secukupnya biar larut setelah itu dibuat massa pil.
4.    Pil yang mengandung zat-zat yang higroskopis, seperti Kalli Bromidum, Kalli Iodidum dan Natrii Salicylas, supaya digerus halus  dan di dalam mortir yang panas. Penambahan Succus Licuiritiae dan Pulvis Licuiritiae Radicis diperlukan kurang lebih 1,5 g masing-masing untuk 7 g garam obat tersebut.
5.    Pil yang mengandung senyawa yang sangat higroskopis, digunakan sebagai larutan, seperti Calcii Bromodum, Calcii Chloridum, Kalli Acetas. Jika di dalam resep tertulis garamnya, maka diambil larutannya yang sebanding.
6.    Pil yang mengandung senyawa Codeinum base dengan garam Ammonium atau Ichtammolum. Karena Codeinum base terhitung mudah larut dalam air dan merupakan base lebih kuat dari garam Ammonium, maka akan bereaksi dan timbul gas NH3       yang bebas serta membuat pil menjadi pecah.
7.    Pil yang dapat pecah karena zat-zat yang terkandung dapat bereaksi hingga menimbulkan gas yang memecah pil. Supaya tidak terjadi, jangan menggunakan zat pembasah air yaitu dengan menggunakan zat pengikat yang yang lain.
8.    Pil yang mengandung Hydrargyri Chloridum akan menghilangkan selaput lendir dari lambung dan usus, maka perlu Hydrargyri Chloridum dalam keadaan yang halus. Untuk itu perlu penambahan Natrii Chloridum untuk memudahkan Hydrargyri Chloridum larut dalam air.
9.    Pil yang mengandung Diphantoinum Natrium jangan menggunakan Liquiritiae Radix tetapi menggunakan Succus Liquiritiae 1 bagian dan Amylum 3 bagian dan sebagai zat pembasah digunakan Sirupus Simplex. Hal ini untuk menjaga agar pil lekas hancur dalam lambung.
10.    Pil yang mengandung Quinini Sulfas ada dua macam, yaitu yang berwarna coklat dan putih.
11.    Pil yang mengandung zat pengikat yang bersifat asam, seperti Gentanae Extractum, Succus Liquiritiae, dan Liquiritiae Extractum. Bahan tersebut akan bereaksi dengan Ferrum reductum, Ferrum pulveratum yang menimbulkan gas H2 serta menyebabkan pil menjadi menggelembung dan pecah. Bahan tersebut akan bereaksi pula dengan Natrii Bicarbonas, Ferrosi Carbonas yang menimbulkan gas CO2 serta menyebabkan pil menjadi menggelembung dan pecah. Maka itu Gentanae Extractum, Succus Liquiritiae, dan Liquiritiae Extractum harus dinetralkan dahulu dengan MgO 50 mg tiap gram Ekstrak dan Succus.
12.    Pil yang mengandung Ekstrak kering dikerjakan sebagai berikut:
a.    Aloe Extractum Aquosum siccum, Rhamni Frangulae Extractum, Rhamni Phursianae Extractum siccum, Rhei Extractum siccum dapat dibuat pil cukup dengan  Liquiritiae Radix dan zat pembasah aqua Glycerinata.
b.    Chinchonae Extractum siccum, dan Colae Extractum siccum memerlukan Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat untuk dibuat massa pil.
c.    Pil dengan extrak kering supaya dibuat keras jangan lembek agar tidak berubah bentuk. (Anief, 2004)
Penyalutan pil    :
    Untuk menghindsrioksidasi zat aktifnya. Penyalutan dilakukan dengan larutan Balsamum Tolutanum 1 bagian dalam 9 bagian kloroform. Dilakukan dalam botol mulut lebar, pil-pil disiram dengan sedikit larutan Tolubalsem tersebut dan digojok keras-keras lalu dipindahkan pada piring lalu digerak-gerakkan agar tidak  melengket sampai kering.
    Untuk menghindari agar pil tidak pecah dalam lambung, karena:
1.    Zat aktifnya tidak dikehendaki bekerja dalam lambung, tetapi dalam usus.
2.    Zat aktifnya mengirtasi lambung.
3.    zat aktifnya rusak karena adanya asam lambung.





BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
RESEP 21

I. Resep asli/standar
    a. Resep asli   
    R/  Aminophylline        0, 1

    b. Kelengkapan Resep
        - Paraf dokter tidak tertera
    c. Penggolongan Obat
        O    :
        G    : Aminophylline (MIMS’07 ; 73, phyllocontin continues)
        W    :
        B    :
    d. Komposisi Bahan
        Aminophylline        10 mg

II. Uraian Bahan
        1. Aminophylline
a.    Sinonim    : Aminophyllinum, aminofilina, teofilina etilendiamina  (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Bronkodilator, antipasmodikum, diuretikum
c.    Pemerian     : Butir atau serbuk; putih atau agak kekuningan; bau lemah mirip amoniak; rasa pahit
d.    Kelarutan    : Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin menjadi keruh, praktis, tidak larut dalam etanol (95 %) P dan dalam eter P
e.    Dosis    : DL    = 1x    : 100 mg – 200 mg
                       1 hr    : 300 mg – 600 mg
                  DM    = 1x    : 500 mg
                       1 hr    : 1,5 g    (Anonim, 1979)
    2. Saccharum Lactis
a.    Sinonim    : Laktosa, lactosum    (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, zat pengisi
c.    Pemerian    : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
d.    Kelarutan    : Berubah warna menjadi coklat jika terdapat bersama-sama senyawa aminoprimer (misal amfetamin dan asam amino) (handbook of excipient, 193)
    3. Adeps Lanae
a.    Sinonim    : Lemak bulu domba    (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, zat pengikat
c.    Pemerian    : Zat serupa lemak, liat, lengket; kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas
d.    Kelarutan    : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95 %) P; mudah larut dalam kloroform dan dalam eter P
    4. Talk
a.    Sinonim    : Talcum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, penabur
c.    Pemerian    : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu
d.    Kelarutan    : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
III. Perhitungan Dosis
    1. Aminophylline
DL    = 1x    : 100 mg – 200 mg
               1 hr    : 300 mg – 600 mg
        DM    = 1x    : 500 mg
               1 hr    : 1,5 g       
        Dosis dalam resep :
        1x    = 2 x 0,1 g = 0,2 g = 200mg/20 = 10 mg
        1 hr    = 2 x 10 mg = 20 mg
        Kesimpulan     : Dosis aminophylline subterapi
        Rekomendasi     : Dosis ditingkatkan sesuai DL, menjadi :
        1x    = 2 x 100 mg = 200 mg
        1 hr    = 2 x 200 mg = 400 mg
IV. Penimbangan
     Massa pil        : 200 mg/pil x 20 pil    = 4000 mg = 4 g
    1. Aminofilin    : 100 mg x 20        = 2000 mg = 2 g
    2. Laktosa        : 4 g – 2 g        = 2 g = 2000 mg
    3. Adeps lanae    : 1/6 x 2000 mg    = 300 mg
    4. Talk        : qs
V. Cara Kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan
3.    Dicampurkan aminofilin, laktosa, dan adeps lanae digerus hingga halus dan homogen
4.    Setelah terbentuk massa pil, dibuat bentuk silinder dengan cara digulung-gulung pada papan kayu yang telah ditaburi talk, digulung hingga panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang dibutuhkan
5.    Dipotong pil dengan pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil yang belum bulat digulung-gulungkan pada papan pil yang telah ditaburi talk, digulung hingga bulat
6.    Pil yang sudah jadi dimasukan ke dalam wadah, dikemas dan diberi etiket putih



VI. Penandaan
    Etiket Putih

XI. Edukasi
1.    Pil ini digunakan sebagai obat asma bronkodilator, anti asma
2.    Pil ini diminum 2 x sehari 2 pil
3.    Simpan ditempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari
4.    Efek samping gangguan lambung, mual, muntah





RESEP 22

I. Resep asli/standar
    a. Resep asli   
    R/    Permanganas kalikus    0, 05
        Adde pro pil singularis
        Iod kalikus
    b. Kelengkapan resep
        - Paraf dokter tidak tertera
    c. Penggolongan obat
        O    :
        G    :
        W    :
        B    : Talk (MIMS’07 ; 26, Kaolimec)
    d. Komposisi bahan
        Permanganas kalikus    0, 05 g
        Vaselin album        625 mg
        Bolus alba            2500 mg
        Talk            qs

II. Uraian Bahan
    1. Permanganas kalikus
a.    Sinonim        : Kalii permanganas, kalium permanganat (Anonim, 1979)
b.    Khasiat        : Antiseptikum ekstern
c.    Pemerian    : Hablur mengkilat; ungu tua atau hampir hitam; tidak berbau; rasa manis atau sepat
d.    Kelarutan    : Larut dalam 16 bagian air; mudah larut dalam air  mendidih
e.    Dosis        : DM    = 1x    = 10 g ( MD’28th , 1123)
f.    Inkompatibilitas : Dengan iodida menghasilkan suatu zat yang dapat   mempercepat reaksi kimia dan sebagian besar subtansi organic (MD’28th ,1233)
    2. Vaselin putih
a.    Sinonim    : Vaselinum Album (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, zat pengikat
c.    Pemerian     : Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berflourensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir tidak berasa.
d.    Kelarutan    : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
    3. Bolus alba
a.    Sinonim    : Kaolinum, kaolin (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, penyerap, zat pengisi
c.    Pemerian    : Serbuk ringan; putih; bebas dari butiran kasar; tidak berbau; tidak mempunyai rasa; licin
    4. Iod kalikus
a.    Sinonim    : Kalii iodidum, kalium iodida (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Anti jamur
c.    Pemerian    : Hablur heksahedral; transparan atau tidak berwarna, opak dan putih; atau serbuk butiran putih; higroskopik
d.    Kelarutan    : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol (95 %) P, mudah larut dalam gliserol P
    5. Talk
a.    Sinonim    : Talcum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, penabur
c.    Pemerian    : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu
d.    Kelarutan    : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
III. Perhitungan Dosis
1.    Permanganat kalikus
    DM    : 1x    = 10 g ( MD’28th, 1123)
    Dosis dalam resep :
    1x    : 2 x 0,05 g    = 0,1 g
    1 hr    : 2 x 0,1 g    = 0,2 g
    Kesimpulan    : Dosis permanganat kalikus terapi
IV. Penimbangan
    Massa pil            : 150 mg/pil x 25 pil = 3750 mg
    Massa bolus alba        : 100 mg/pil
    1. Permanganat kalikus    : 0,05 g x 25     = 1250 mg
    2. Vaselin album        : 1/6 x 3750 mg= 625 mg
    3. Bolus alba        : 100 mg x 25    = 2500 mg
    4. Talk            : qs
V. Cara Kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan
3.    Dicampurkan permanganat kalikus, bolus alba, dan vaselin putih digerus hingga halus dan homogen
4.    Massa pil dibuat bentuk silinder dengan cara digulung-gulung pada papan kayu yang telah ditaburi talk, digulung hingga panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang dibutuhkan
5.    Dipotong pil dengan pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil yang belum bulat digulung-gulungkan pada papan pil yang telah ditaburi talk, digulung hingga bulat
6.    Pil yang sudah jadi dimasukan ke dalam wadah, dikemas dan diberi etiket putih
VI. Penandaan
    Etiket Putih

XI. Edukasi
1.    Pil ini digunakan sebagai obat anti asma
2.    Pil ini diminum tiap pagi dan sore sebanyak 2 pil
3.    Simpan ditempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari
4.    Efek samping gangguan lambung, mual, muntah



BAB IV
PEMBAHASAN
RESEP 21
        Pada resep ini pil mempunyai khasiat sebagai asma bronkodilator dan anti asma. Pil  diminum 2 x sehari 2 pil. Disimpan ditempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari. Dan efek sampingnya yaitu gangguan lambung, mual, dan muntah. Resep ini mengandung dua bahan obat yaitu zat aktif dan zat tambahan.
1. Zat aktif yang terkandung
a.    Aminophillin
Mempunyai khasiat sebagai asma bronkodilator dan anti asma. Dalam perhitungan dosis, dosis dalam resep aminofilin subterapi karena dibawah dosis lazim sehingga dosis harus ditingkatkan sesuai dosis lazimnya.
2.     Zat tambahan yang terkandung
a.    Saccharum Lactis
Sebagai zat tambahan yaitu sebagai zat pengisi
b.    Adeps Lanae
    Sebagai zat tambahan yaitu sebagai zat pengikat
c.       Talk
Sebagai zat tambahan yaitu sebagi zat penabur
        Dalam pelaksanaan resep keduapuluh satu ini alat-alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen, timbangan beserta anak timbangan, pot plastic, dan etiket.
    Dalam pelaksanaan resep ini langkah pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Kemudian dilakukan penimbangan sesuai perhitungan Digerus aminophillin, laktosa, dan adeps lanaedi gerus hingga terbentuk massa pil. Setelah terbentuk massa pil, dibuat bentuk silinder dengan cara digulung-gulung pada papan kayu yang telah ditaburi talk, digulung hingga panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang dibutuhkan lalu pil dipotong dengan pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil yang belum bulat digulung-gulungkan pada papan pil yang telah ditaburi talk, digulung hingga bulat. Setelah itu pil dimasukkan kedalam pot plastik dan diberi etiket putih karena digunakan secara oral.
    Namun pada proses pembuatan pil, pada saat sediaan ingin dibentuk silinder sediaan menjadi mudah pecah, tetapi setelah sediaan ditambahkan sedikit adeps lanae sediaan tersebut menjadi tidak pecah dan dapat dibentuk sesuai yang diinginkan.
   



RESEP 22
        Pada resep ini pil mempunyai khasiat sebagai anti asma. Pil ini diminum 2 x sehari 2 pil yaitu pada pagi dan sore hari. Disimpan ditempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari. Efek samping yaitu gangguan lambung, mual, dan muntah. Resep ini mengandung dua bahan obat yaitu zat aktif dan zat tambahan.
1. Zat aktif yang terkandung
a.    Permangat kalikus
    Mempunyai khasiat sebagai anti asma
2. Zat tambahan yang terkandung
a.    Vaselin album
    Mempunyai khasiat sebagai zat tambahan yaitu sebagai zat pengikat
b.    Bolus alba
    Mempunyai khasiat sebagai zat tambahan yaitu sebagai zat pengisi
c.    Talk
Sebagai zat tambahan yaitu sebagi zat penabur
    Dalam pelaksanaan resep keduapuluh dua  ini alat-alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen, timbangan beserta anak timbangan, pot plastic, dan etiket.
    Dalam pelaksanaan resep ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Kemudian dilakukan penimbangan sesuai perhitungan. Digerus permanganat kalikus, vaselin album, dan bolus alba digerus hingga terbentuk massa pil. Setelah terbentuk massa pil, dibuat bentuk silinder dengan cara digulung-gulung pada papan kayu yang telah ditaburi talk, digulung hingga panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang dibutuhkan lalu pil dipotong dengan pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil yang belum bulat digulung-gulungkan pada papan pil yang telah ditaburi talk, digulung hingga bulat. Setelah itu pil dimasukkan kedalam pot plastic dan diberi etiket putih karena digunakan secara oral.




BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.    Pada resep ke- 21 adalah hasil akhirnya berupa sediaan pil yang berwarna putih agak kekuningan. Pil dibuat sebanyak 20 pil yang berfungsi menyembuhkan asma bronkodilator dan sebagai obat antiasma.
b.    Pada resep ke- 22 adalah hasil akhirnya berupa sediaan pil berwarna ungu. Pil dibuat sebanyak 25 pil yang berkhasiat sebagai obat antiasma. Pada proses pembuatannya untuk iod kalikus tidak digunakan karena memiliki sifat yang sama seperti permanganat yaitu bersifat oksidator
2. Saran
    Agar praktikan lebih hati-hati dalam proses penggulungan, pemotongan dan pembulatan dalam pembuatan sediaan pil.

   
   
    DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi ed.IV. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Dhanutirto, Haryanto. 2007. ISO Indonesia Volume 42. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia : Jakarta.
Tjay, H. T. dan Rahardja, Kirana. 2003. Obat-Obat Penting ed. IV. Elex Media Komputindo : Jakarta.
Anief, Muhamad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia ed.III. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ed.IV. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1966. Formularium Indonesia. Depkes RI : Jakarta
Anonim. 1929. Pharmacope 5







1 komentar:

Unknown mengatakan...

Permisi kak, mekanisme kerja pil Permanganatnya bagaimana yaa sampai dikatakan sebagai obat anti asma?