CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 13 April 2012

Laporan pasta & Krim

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Maksud Praktikum
    Adapun maksud dari praktikum farmasetika dasar ini yaitu :
a.    Agar dapat mengetahui proses pembuatan sediaan salep (unguenta) dan jenisnya yaitu pasta dan cream.
b.    Agar dapat terampil mengerjakan resep-resep sediaan salep (ungenta) dan jenisnya yaitu pasta dan cream.
I. 2 Tujuan praktikum
    Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1.    Dapat membuat sediaan salep dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip kerja.
2.    Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing salep, efek samping salep, serta memberikan informasi kepada pasien(edukasi)



BAB II
TINJAUAN PUSAKA

Menurut Farmakope Indonesia ed. III, salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok untuk mencapai hasil yang dimaksud harus memperhatikan peraturan-peraturan pembuatan salep. Seperti yang tertera pada FI ed. II.
Peraturan-peraturan pembuatan salep:
1.    Peraturan salep pertama
    Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan pemanasan
2.    Peraturan salep kedua
    Bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturan-peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep : jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis
3.    Peraturan salep ketiga
    Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian yang dapat larut dalam lemak dan air harus diserbuk lebih dahulu, kemudian diayak dengan no. B40
4.    Peraturan salep keempat
    Salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.

Penggolongan Salep
Menurut konsistensinya salep dibagi :
1)    Unguenta    : Salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
2)    Cream    : Suatu salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air
3)    Pasta        : Suatu salep yang banyak megandung lebih dari 50 % zat padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diberi
4)    Cerata    : Suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes), hingga konsentrasi lebih keras
5)    Gelones Spumae (Gel) : Suatu salep yang lebih halus umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya terdiri dari campuran sederhana dari minyak dan lemak dari titik lebur yang rendah. Washable jelly mengandung mucilagines, misalnya : gom, tragakan, amylum.contoh : starch jellies (10 %) amylum dengan air mendidih
•    Menurut efek terapinya salep dibagi :
1)    Salep Epidermic
    Melindungi kulit dan menghasilkan efek local.
    Tidak diabsorpsi; kadang-kadang ditambahkan antiseptica, astringen, meredakan rangsangan.
    Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin)
2)    Salep Endodermic
    Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagian.
    Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi local iritan
    Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
3)    Salep Diadermic
    Salep-salep supaya bahan-bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan. Misalnya pada salep yang mengandung senyawa mercuri, yodida, belladonnae.
    Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.
•    Menurut dasar salepnya salep dibagi :
1)    Salep hydropobic adalah salep-salep dengan bahan dasar berlemak.
    Misalnya : campuran dari lemak-lemak, minyk lemak, malam tak tercuci dengan air.
2)    Salep hydrophilic adalah salep yang kuat menarik air biasanya dasar salep tipe O/W atau seperti dasar salep tipe hydropobic tetapi konsistensinya lebih lembek kemungkinan juga dengan tipe W/O antara lain, campur sterol-sterol dan petrolatum.

Kualitas dasar salep yang baik ialah :
•    Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruhi oleh suhu dan kelembaban kamar.
•    Mudah dipakai
•    Dasar salep yang cocok
•    Dapat terdistribusi merata ( Ilmu Resep;49-54)
Uraian bahan yang sering dipakai sebagai dasar salep
1.    Vaselin, terdiri dari vaselin kuning dan vaselin putih.
Nama lain yang sering ditulis di dalambuku-buku Amerika dan Inggris ialah Petrolatum atau soft Paraffin.
White petrolatum= white soft paraffin= vaselin putih
Yellow petroletum= yellow soft paraffin= vaselin kuning
Vaselin putih adalah bentuk yang dimurnikan/dipucatkan warnanya. Dalam pemucatan digunakan asam sulfat, maka supaya hati-hati menggunakan vaselin putih untuk mata, akan terjadi iritasi mata oleh kelebihan asam yang dikandung kalau tidak dinetralkan dulu dengan KOH atau base lain.
Vaselin hanya dapat menyerap air sebanyak 5 %. Dengan penambahan surfaktan seperti Natriumlaurylsulfat, tween, maka akan mampu menyerap air lebih banyak, juga penambahan cholesterol span kemampuan mendukung air dapat dinaikkan.
2.    Jelene, Terdiri dari minyak hidrokarbon dan malam yang tersusun sedemikian hingga fase cair mudah bergerak dengan demikian terbentuk gerakan dalam, hingga difusi obat ke sekelilingnya dapat terjadi lebih baik.
Keuntungan pengguanaan jelene, dalam penyimpanan tetap dan cukup lunak. Jelene 50 W dikenal sebagai plastibase (Squibb)
    Tidak tercampurkan dengan Pix liquida, kamfer, mentol, gandapura, karena akan membuat jelene encer.
3.    Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25 %. Digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan lebih muda dipakai (Anief, 2004)
Dasar salep menurut FI IV
1.    Dasar salep hidrokarbon
•    Juga disebut dasar salep berlemak
•    Hanya dapat bercampur dengan sejumlah kecil komponen berair
•    Dimasukkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup
•    Digunakan sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering, dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
•    Contoh : vaselin, paraffin cair, minyak nabati.
2.    Dasar salep serap
    Dibagi dalam 2 kelompok :
•    Dasar salep yang bercampur dengan air membentuk emulsi w/o. Contoh : lanolin anhidrat
•    Emulsi w/o yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan. Juga berfungsi sebagai emolien.
    Contoh : lanolin

3.    Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
•    Dapat dicuci dengan air, cocok untuk dasar kosmetik
•    Beberapa bahan obat lebih efektif dengan dasar salep ini daripada salep hidrokarbon
•    Dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan pada kelainan dermatologis
•    Contoh    : dasar salep emulsi o/w, emulsifying ointment BP
4.    Dasar salep larut air
•    Disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air
•    Keuntungan dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut air. Lebih tepat disebut gel
•    Contoh    : gom arab, PEG,  tragakan
Zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep
Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin.
Camphora, mentholum, phenolum, thymolum, dan guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan ditambahkan sebagian (sama banyak) vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain. Camphora dapat dihaluskan dengan tambahan spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambah dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam dasar salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
•    Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.    Jangan mengganti phenol dengan phenolum liquefactum, sebab phenol. Liq. Merupakan larutan air dalam phenol. Phenol yang dilarutkan dalam minyak, bekerja kurang merangsang kulit dibandingka dengan adanya air.
b.    Dalam unguentum methylis salicylas compositum, salicylas methylicus dapat dimanfaatkan untuk melarutkan menthol.
c.    Garam alkaloid mudah larut dalam air, sedangkan basenya mudah larut dalam minyak seperti ephedrine.
d.    Anthralinum dan chrysarobin dilarutkan dalam dasar salep dengan pemanasan di atas tangas air.
e.    Pellidol dilarutkan dulu dalam chloroform sama banyak, setelah itu dicampur dulu dengan bagian lain dasar salep, biarkan chloroform menguap dengan jalan salep diaduk-aduk sampai homogen. Bila mengandung minyak pellidol digerus dulu dengan minyak. Pellidol dapat larut dalam vaselin 1 % dan dalam minyak lemak 7 % dengan pamanasan.
f.    Cannabis indicae extr. Digerus dengan minyak akan segera larut. Bila harus dicampur dengan vaselin maka lebih dulu ditambah sedikit etanol 96 % digerus lalu ditambah sedikit demi sedikit vaselinnya.
g.    Beta neptholum dalam salep sering terdapat bersama sapo kalinus. Maka itu larutkan beta naphthol dalam sapo kalinus dulu dengan jalan digerus sama banyak baru dicampur dengan sisa sapo kalinus dan bagian lain. Ingat beta napthol untuk kulit ada dosis maksimum-nya, maka salep tersebut harus dibagi. (Anonim, 2004)



BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
RESEP 18

I. Resep asli/standar
    a. Resep asli   
        R/ Pasta Zinci Salycilata    10
               Adde
              Balsam peru             0.2
    b. Resep standar
               Pasta Zinci Salycilata
             R/Asam salisilat        2
    Sengoksida            25
    Pati singkong        25
    Vaselin kuning      ad    100    (Anonim, 1966)
II. Kelengkapan Resep
-    Paraf dokter tidak tertera
-    Alamat pasien tidak tertera
III. Penggolongan Obat
    O    :
    G    :
    W    :
    B    : Asam salisilat, seng oksida (Haryanto, 2007)
IV. Komposisi Bahan
    Dalam pasta mengandung  :
    1. Asam salisilat        0,2
    2. Sengoksida        2,5
    3. Pati singkong        2,5
    4. Vaselin kuning        4,8
    5. Balsam peru        0,2
V. Uraian Bahan   
    1. Asam salisilat
a.    Sinonom     : Acidum Salicylicum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat     : Keratolitikum, Anti fungi
c.    Pemerian          : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam
d.    Kelarutan          : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) p; mudah larut dalam klorofom P; larut dalam larutan amonium aselat, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P, dan natrium sitrat P.
2. Sengoksida
a.    Sinonim    : Zinci Oxydum, ZnO     (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Antiseptikum lokal
c.    Pemerian         : Serbuk amorf, sangat halus; putih atau putih kekuningan; tidak berbau; tidak berasa. Lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.
d.    Kelarutan         : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P; larut dalam asam mineral encer dan daloam larutan alkali hidroksida.
3. Pati singkong
a.    Sinonom    : Amylum Manihot (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, pengabsorbsi
c.    Pemerian           : Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil; putih; tidak berbau; tidak berasa.
d.    Kelarutan         : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol (95%)P.
4. Vaselin kuning
a.    Sinonim    : Vaselinum Flavum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, sebagai dasar salep hidrokarbon
c.    Pemerian          : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berflourensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir tidk berasa.
d.    Kelarutan          : Memenuhi syarat yang tertera pada veselin album
5. Balsam Peru
a.    Sinonim    : Balsamum Peruvianum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Antiseptikum ekstern
c.    Pemerian         : Cairan kental, lengket tidakberserat; coklat tua, dalam lapisan tipis berwarna coklat, transparan kemerahan; bau aromatik khas menyerupai vanilin
d.    Pemerian          : Larut dalam kloroform P, sukar larut dalam eter P, dalam eter minyak tanah P dan dalam asam asetat gkasial P
VI. Penimbangan
    1. Asam salisilat        : 10/100 x 2    = 0,2 g = 200 mg
    2. Sengoksida        : 10/100 x 25    = 2,5 g = 2500 mg
    3. Pati singkong        : 10/100 x 25    = 2,5 g = 2500 mg
    4. Vaselin kuning        : 10/100 x 48    = 4,8 g = 4800 mg
    5. Balsam peru        : 0,2 g = 200 mg
VII. Cara kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Diayak sengoksida menggunakan ayakan 100 mesh
3.    Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan
4.    Digerus asam salisilat yang sudah ditetesi etanol (95%) digerus halus, ditambahkan pati singkong digerus halus, ditambahkan ½ vaselin kuning digerus hingga halus, ditambahkan ZnO gerus halus, ditambahkan sisa vaselin kuning digerus hingga halus dan yang terakhir ditambahkan balsam peru yang sudah ditetesi etanol (95%) gerus hingga halus dan homogen.
5.    Masukkan sediaan kedalam pot yang sebelumnya sudah ditimbang
6.    Dikemas dan diberi etiket biru
VIII. Penandaan
    Etiket biru

XI. Edukasi
1.    Pasta ini berkhasiat untuk membasmi mikroorganisme yang menyebabkan jamur, untuk mengobati luka, ekzema, dan kudis (Hoan Tjay, 2003)
2.    Pasta dioleskan dulu pada kain kassa sebelum dioleskan pada kulit
3.    Disimpan dalam wadah tertutuop baik, ditempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya matahari.





RESEP 19

I. Resep Asli / standar
    a. Resep Asli
    R/  Menthol
        Champora            aa 0,2
             Balsamum album        ad 5
    b. Resep standar
        Balsamum album
    R/  Oleum menthae piperitae    60
        Parrafinum solidum        25
        Vaselinum album        ad 100    (FMS, 51)
II. Kelengkapan resep
-    Paraf dokter tidak tertera
-    Alamat pasien tidak tertera
-    Umur pasien tidak tertera
III. Penggolongan Obat
    O    :
    G    :
    W    :
     B    : Menthol, champora, paraffinum solidum (Haryanto, 2007)
IV. Komposisi Bahan
    Dalam salep mengandung :
    1. Menthol                0,2
    2. Champora            0,2
    3. Oleum menthae piperitae    2,76
    4. Paraffinum solidum        1,15
    5. Vaselin album            0,69
V. Uraian Bahan
    1. Menthol
a.     Sinonim    : Mentholum (Anonim, 1979)
b.     Khasiat    : Korigen; antiiritan
c.     Pemerian        : Hablur berbentuk jarum atau prusma; tidak berwarna; bau tajam seperti minyak permen; rasa panas dan aromatik diikuti rasa dingin.
d.     Kelarutan        : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut alam etanol (95%)P, dalam kloroform P dan dalam eter P; mudah larut dalam paraffin cair P dan dalam minyak atsiri.
    2. Champora
a.     Sinonim    : Kamfer (Anonim, 1979)
b.     Khasiat    : Antiiritan
c.     Pemerian        : Hablur putih atau massa hablur; tidak berwarna atau putih; bau khas, tajam; rasa pedas dan aromatik
d.     Kelarutan          : Larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian etanol (95%)P, dan 0,25 bagian kloroform P; sangat mudah larut dalam eter P; mudah larut dalam minyak lemak
3.     Oleum menthae piperitae
a.     Sinonim    : Minyak permen (Anonim, 1979)
b.     Khasiat    : Zat tambahan; karminativum
c.     Pemerian        : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatik, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin.
d. Kelarutan       : Dlam etanol larut dalam 4 bagian volume (70%)P opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N pada campuran 0,5 ml natrium klorida 0,2 N dan 50 ml air
4. Paraffinum Solidum
a.     Sinonom    : Parafin padat     (Anonim, 1979)
b.     Khasiat    : Zat tambahan; dasar salep
c.     Pemerian          : Padat, sering menunjukkan susunan hablur; agak lian; tidak berwarna atau putih; tidak mempunyai rasa. Jika dileburkan menghasilkan cairan yang tidak bervlourensi
d.     Kelarutan      : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P; larut dalam kloroform P. Suhu lebur 50 sampai 70 derajat.
5. Vaselin album
a.     Sinonim          : Vaselin putih (Anonim, 1979)
b.     Khasiat           : Zat tambahan; dasar salep hidrokarbon
c.     Pemerian           : Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berflourensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir tidk berasa.
d.     Kelarutan           : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak P, larutan kadang-kadang berapalesensi lemah.
VI. Penimbangan
    1. Menthol        : 0,2 g       
    2. Champora        : 0,2 g       
    3. Oleum menthae    : 4,6/100 x 60    = 2,76 g
    4. Paraffin padat    : 4,6/100 x 25    = 1,15 g
    5. Vaselin putih    : 4,6/100 x 15    = 0,69 g

VII. Cara Kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan perhitungan
3.    Dilebur parafin padat dan vaselin putih dalam cawan porselen, dilebur diatas  tangas air hingga meleleh
4.    Digerus menthol dan champora hingga mencair
5.    Dimasukkan hasil leburan kedalam campuran no (4), digerus hingga homogen dan tunggu sampai dingin,  lalu ditambahkan oleum menthae digerus hingga homogen hingga sediaan menjadi setengah padat.
6.    Masukkan sediaan kedalam pot yang sebelumnya sudah ditimbang.
7.    Dikemas dan diberi etiket biru
VIII. Penandaan
Etiket biru

IX. Edukasi
1.    Salep ini berkhasiat sebagai antiiritan
2.    Salep dioleskan pada kulit yang terinfeksi
3.    Disimpan dalam wadah tertutuop baik, ditempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya matahari.


RESEP 20
I.    Resep asli/standart
a.    Resep asli
R/     Stearic acid        3
    Mineral oil            1,1
    TEA            0,75
    Methyl paraben        qs
    Propyl paraben        qs
    Oil rosae            qs
    Aqua            41,4
II.    Kelengkapan Resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera
- Umur pasien tidak tertera
III. Penggolongan Obat
        O    :
        G    :
        W    :
B    : Asam stearat (Haryanto, 2007)
IV. Komposisi Bahan
    Dalam hand cream mengandung :
    1. Stearic acid        3
    2. Mineral oil        1,1
    3. TEA            0,75
    4. Methyl paraben    55,5 mg
    5. Propyl paraben    9,25 mg
    6. Oil rosae        1 tetes
    7. Aqua            41,4
V. Uraian bahan
1. Stearic acid
a.    Sinonim    : Acidum Stearicum, asam stearat (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    :  Zat tambahan sebagai emulgator
c.    Pemerian          : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin.
d.    Kelaritan           : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
    2. Mineral Oil
a.    Sinonim    : Oleum mineral, minyak mineral (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : -
c.    Pemerian            : Cairan berminyak, jernih tidak berwarna, bebas atau praktis bebas dari flouresensi dalam keadaan dingin tidak berbau, tidak berasa dan jika dipanaskan berbau minyak tanah lemah.
d.    Kelarutan            : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam minyak menguap, dapat bercampur dengan minyak lemak, tidak bercampur dengan minyak jarak.
3.     TEA
a.    Sinonim    : Triaethanolaninum, trietanolamina (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan; emulgator tipe o/w
c.    Pemerian         : Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik
d.    Kelaruan              : Mudah larut dalam air dan etanol (95%)P; larut dalam kloroform P.
4.     Methyl paraben
a.    Sinonim    : Methyus parabenum, nipagin (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan, zat pengaet
c.    Pemerian              : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa; kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
d.    Kelarutan    : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
5.     Prophyl Paraben
a.    Sinonim    : Propyus parabenum, nipasol (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat pengawet
c.    Pemerian    : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa.
d.    Kelarutan           : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
6.     Oil rosae
a.    Sinonim    : Minyak lemak (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Zat tambahan; pengaroma
c.    Pemerian            : Cairan; tidak berwarna atau kuning; bau menyerupai bunga mawar, rasa khas; pada suhu 25 derajat kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan melebur.
d.    Kelarutan    : Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih.
7.     Aqua destillata
a.    Sinonim    : Air suling (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : Sebagai zat pembasah
c.    Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
VI. Penimbangan
1. Stearic acid        = 3g = 3000 mg
2. Mineral oil        = 1,1 = 1100 mg
3. TEA            = 0,75 = 750 mg
4. Methyl paraben        = 0,12% x (3+1,1+0,75+41,4) = 55,5 mg
5. Propyl paraben        = 0,02% x (3+1,1+0,75+41,4) = 9,25 mg
6. Oil rosae            = 1 tetes
VII. Penimbangan
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan perhitungan
3.    Dipanaskan mortir dan stemper dengan air panas hingga dinding mortir terasa panas, lalu buang airnya kemudian dilap mortir dan stemper hingga kering
4.    Dibuat fase minyak dengan cara dilebur asam stearat, mineral oil, dan propil paraben kedalam cawan porselen, lebur hingga meleleh
5.    Dibuat fase air dengan cara dimasukkan air panas  kedalam erlenmeyer, ditambahkan methyl paraben dan TEA, kocok hingga larut dan homogen
6.    Masukkan fase minyak kedalam mortir yang telah panas, di tambahkan fase air sedikit-sedikit, digerus cepat hingga terbentuk cream, setelah dingin ditetesi oleum rosae dan digerus hingga homogen
7.    Sediaan dimasukkan kedalam pot yang sebelumnya sudah ditimbang
8.    Diberi etiket biru.
VIII. Penandaan
Etiket biru





XI. Edukasi
1.    Cream ini berfungsi sebagai hand cream
2.    Cream dioleskan pada kulit
3.    Disimpan ditempat yang sejuk, kering, tertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung






BAB IV
PEMBAHASAN
RESEP 18
    Pada resep ini salep mempunyai khasiat sebagai membasmi mikroorganisme pada kulit yang kebetulan berada di permukaan kulit dan dioleskan pada permukaan kulit. Resep ini mengandung dua bahan obat yaitu zat aktif dan zat tambahan.
1. Zat aktif yang terkandung
a.    Asam Salisilat
Mempunyai khasiat sebagai keratolitikum yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi  5-10 %, dan berkhasiat sebagai anti fungi yaitu fungsid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6 % dalam salep.
b.    Balsam Peru
Mempunyai khasiat sebagai antiseptikum ekstern yaitu mikrobisida yang luas terhadap kuman,jamur,dan spuranya,ragi,virus,serta protozoa.
    c.    Zink oksida
Mempunyai khasiat sebagai antiseptikum yaitu membasmi mikroorganisme yang kebetulan berada di permukaan kulit, dan untuk membersihkan luka di tempat infeksi
2. Zat tambahan yang terkandung
a.    Vaselin kuning
Mempunyai khasiat sebagai zat tambahan yaitu sebagai dasar salep
     
     b.    Pati singkong
        Mempunyai khasiat sebagai zat tambahan yaitu sebagai zat pengabsorpsi
    Dalam pelaksanaan resep kedelapanbelas ini alat-alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen,timbangan beserta anak timbangan, kayu penjepit, pot plastic, cawan porselen, pipet tetes, biji gotri,  dan etiket.
    Dalam pelaksanaan resep ini langkah pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan kemudian diayak ZnO dengan ayakan no. 100, ZnO diayak agar halus dan bebas dari butiran kasar. Lalu dilakukan penimbangan bahan. Kemudian digerus asam salisilat dan ditetesi dengan etanol 95 % pemberian etanol ini untuk melarutkan asam salisilat, digerus hingga halus, lalu dimasukkan pati singkong dan sebagian vaselin kuning digerus hingga halus dan homogen. Setelah itu dimasukkan ZnO yang sudah diayak dan ditambahkan sisa vaselin kuning, digerus hingga homogen. Dan yang terakhir ditambahkan balsam peru yang sudah ditetesi etanol 95 % gerus hingga halus dan homogen, sampai sediaan setengah padat. Sediaan dimasukkan ke dalam pot plastic yang sebelumnya sudah ditimbang, dan setelah dimasukkan ke dalam pot ditimbang lagi untuk mengetahui netto sediaan. Diberi etiket biru yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Simpanlah pasta ini ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari. Hentikan pemakaian jika terjadi iritasi pada kulit.



RESEP 19
    Pada resep ini salep mempunyai khasiat sebagai antiiritan dan digunakan pada bagian yang sakit. Resep ini mengandung dua bahan obat yaitu zat aktif dan zat tambahan.
1. Zat aktif yang terkandung
a.    Menthol
Berfungsi sebagai korigen dan antiiritan
b.    Camphora
Berfungsi sebagai antiiritan
2.  Zat tambahan yang terkandung
a.    Oleum menthae
Berfungsi sebagai karminativum
b.    Paraffin padat
Berfungsi sebagai dasar salep
c.    Vaselin album
    Berfungsi sebagai dasar salep hidrokarbon
    Dalam pelaksanaan resep kesembilanbelas ini alat-alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen,timbangan beserta anak timbangan, kayu penjepit, pot plastic, cawan porselen, pipet tetes, biji gotri,  dan etiket.
    Dalam pembuatan sediaan ini yang pertama dilakukan oleh praktikan adalah menyiapkan alat dan bahan, kemudian dilakukan penimbangan bahan. Lalu parafin padat dan vaselin album dileburkan diatas tangas air agar bahan tersebut mancair dan tercampur homogen sebagai dasar salep. Kemudian menthol dan campora digerus secara bersamaan karena memiliki titik lebur rendah atau eutectikum. Dimasukkan hasil leburan ke dalam mortir yang telah berisi menthol dan campora yang sudah digerus tadi, digerus campuran tersebut hingga halus dan homogen dan ditunggu hingga dingin, lalu ditambahkan oleum menthae dan digerus hingga homogen. Oleum menthae dimasukkan terakhir karena jika digerus terlalu lama damarnya akan keluar. Sediaan dimasukkan ke dalam pot plastic yang sebelumnya sudah ditimbang, dan setelah dimasukkan ke dalam pot ditimbang lagi untuk mengetahui netto sediaan. Diberi etiket biru yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Pasta disimpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari. Hentikan pemakaian jika terjadi iritasi pada kulit.
Pada hasil sediaan saya terjadi kesalahan yaitu nettonya hanya sedikit karena oleum menthae yang seharusnya dicampurkan terakhir, termasukkan ke dalam fase minyak.









RESEP 20
    Pada resep ini praktikan membuat sediaan yang berkhasiat sebagai cream tangan. Cream adalah sediaan ½ padat berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60 % air.
    Dalam pembuatan sediaan ini terdapat beberapa komposisi bahan, yaitu :
a.    Asam stearat
    Berfungsi sebagai zat tambahan yaitu sebagai emulgator
b.    Mineral oil
c.    Aqua destillata
    Berfungsi sebagai zat pembasah
d.    Ol. Rosae
    Berfungsi sebagai zat tambahan dan pengaroma
e.    Propil paraben
    Berfungsi sebagai zat tambahan dan zat pengawet
f.    Metil paraben
    Berfungsi sebagai zat tambahan dan zat pengawet
g.    TEA
    Berfungsi sebagai zat tambahan yaitu sebagai emulgator tipe o/w
    Dalam pelaksanaan resep keduapuluh ini alat-alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen,timbangan beserta anak timbangan, kayu penjepit, pot plastic, cawan porselen, pipet tetes, biji gotri,  dan etiket.
    Dalam pembuatan sediaan ini yang pertama dilakukan oleh praktikan adalah disiapkan alat dan bahan, kemudian dilakukan penimbangan bahan. Lalu dipanaskan mortir dan stemper dengan air panas. Setelah itu dibuat fase minyak dengan meleburkan asam stearat, mineral oil, dan propil paraben di atas tangas air. Lalu dibuat fase air dengan melarutkan metil paraben dan TEA ke dalam air panas pada erlenmeyer. Kemudian dicampurkan hasil fase air dan fase minyak ke dalam mortir, digerus cepat hingga terbentuk cream. Setelah dingin diteteskan oleum rosae sebanyak 1 tetes, dan gerus hingga homogen. Oleum rosae dimasukkan terakhir agar tidak menguap jika digerus terlalu lama. Sediaan dimasukkan ke dalam pot plastic yang sebelumnya sudah ditimbang, dan setelah dimasukkan ke dalam pot ditimbang lagi untuk mengetahui netto sediaan. Diberi etiket biru yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Simpanlah pasta ini ditempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari. Hentikan pemakaian jika terjadi iritasi pada kulit.
Pada hasil sediaan saya terjadi kesalahan yaitu cream yang terbentuk berbusa dan mengembang dikarenakan menggerus terlalu lama dan terlalu cepat dan kemungkinan karena asam stearat yang berlebih.







BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.    Pada resep ke-18 adalah hasil akhirnya berupa sediaan pasta yang berwarna kuning kecoklatan. Mempunyai khasiat membasmi mikroorganisme pada kulit yang kebetulan berada di permukaan kulit Yang pada proses pembuatannya untuk ZnO harus diayak, dan untuk asam salisilat dan balsam peru ditetesi dengan etanol.
b.    Pada resep ke-19 adalah hasil akhirnya berupa sediaan salep berwarna putih. Mempunyai khasiat sebagai antiiritan. Yang pada proses pembuatannya untuk menthol dan campora digerus bersamaan karena memiliki titik eutectikum.
c.    Pada resep ke-20 adalah hasil akhirnya berupa cream berwarna putih. Dan memiliki khasiat sebagai krim tangan. Yang cara pembuatannya mortir dan stemper dipanaskan terlebih dahulu dengan air panas dan setelah fase minyak dan fase air dicampurkan  harus diaduk dengan cepat hingga terbentuk cream.
2. Saran
    Agar praktikan lebih teliti dalam membuat fase air dan fase minyak sehingga bahan-bahannya tidak tertukar atau tertinggal pada pelaksanaan fase tersebut.


    DAFTAR PUSTAKA

Ansel,H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi ed.IV. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Dhanutirto, Haryanto. 2007. ISO Indonesia Volume 42. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia : Jakarta
Tjay, H. T. dan Rahardja, Kirana. 2003 Obat-Obat Penting ed. IV. Elex Media Komputindo : Jakarta.
Anief,Muhamad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia ed.III. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ed.IV. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia ed.V. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1966. Formularium Indonesia. Depkes RI : Jakarta


0 komentar: