CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 13 April 2012

Laporan Kapsul n Serbuk Tabur

BAB I
PENDAHULUAN

1. Maksud Praktikum
    Adapun maksud dari praktikum farmasetika dasar ini yaitu :
a.    Agar dapat mengetahui proses pembuatan sediaan kapsul dan serbuk tabur
b.    Agar dapat terampil mengerjakan resep-resep sediaan kapsul dan serbuk tabur

2. Tujuan Praktikum
    Adapun tujuan kegiatan praktikum ini yaitu :
a.    Dapat membuat sediaan kapsul dan serbuk tabor dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip kerja.
b.    Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing obat, efek samping, dan memberikan informasi kepada pasien



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Serbuk tak terbagi bila ada cairan atau air kristal harus dihilangkan, maka harus diganti dengan saccharum lactis sama berat, sedangkan pada serbuk bagi tidak perlu, karena tidak ada pengaruh pada dosis.
Serbuk tabur (pulvis adspersorius) adalah serbuk bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dalam pembuatan selalu dilakukan obat-obat yang berkhasiat dicampur dengan talk atau bolus alba, tetapi tidak dengan oxydi zincici dan zat lain yang sama.
 Syarat-syarat serbuk tabur yaitu :
1.    Talk, kaolin, dan bahan mineral lain yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi syarat bebas dari bakteri clostridium tetani, clostridium welchii, dan bacillus anthracis.
2.    Harus melewati ayakan 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
3.    Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
Cara membuat serbuk tabur yang mengandung yaitu :
1.    Adeps lanae, Vaselinum, Plumbi Oxydi Emplastrum ialah dengan melarutkan zat tersebut dalam Aether atau Aceton, lalu ditambahkan sebagian talk diaduk sampai Aether atau Aceton menguap, setelah itu ditambah bahan lainnya.
2.    Paraffinum liquidumdan Oleum Ricini dicampur dulu dengan sama banyaknya talk lalu ditambahkan sedikit semi sedikit dan diaduk, sambil yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau kertas film dan diaduk.
3.    Ichityol diencerkan dulu dengan Aether cum Spiritu lalu dikeringkan dengan talk, yaitu sambil diaduk dibiarkan Aether cum Spiritu menguap lalu ditambahkan sisa talk dan serbuk lain, sambil yang melekat pada dinding mortir dilepas dengan spatel atau kertas film.
4.    Minyak-minyak eteris dan Formaldehyde Solutio dicampur terakhir dengan cara memasukkan zat tersebut dalam mortir lalu ditambahkan campuran serbuk yang telah diayak sedikit demi sedikit. (Anief, 2004)
Derajat kehalusan serbuk –serbuk di atur menurut dasar ayakan yang dapat kita bedakan :
1.    Untuk serbuk kasar
    Dasar ajakan dari perkamen atau lempengan logam dengan lubang-lubang bulat dengan garis menengah 4,8, 2,8 dan 1,4 mm. Yang diajak melalui dasar ajakan ini dibedakan atas A5, A3, dan A1,5.
2.    Untuk serbuk halus
    Dasar ajakan dari kasa penapis atau kasa logam dengan lubang-lubang yang lebarnya 680-740 M ; 284-316 M; 198-222M ; 141-159 M dan 98-112 M
    Tebalnya beberapa kawat dari dasar-dasar ajakan ini harus berjumlah berbeda-beda antara : 490-410 M ; 224-196 M ; 170-150 M ; 118-102 M dan 86-74 M. (Anonim, 1929)
    Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain.
    Kapsul merupakan sediaan padat di mana zat obat dan bahan farmasi yang laik sebagai pengisi ditempatkan dalam suatu ”kulit” yang keras atau lembek yang biasanya terdiri dari suatu bentuk gelatin. Kapsul mempunyai ukuran yang beragam, tergantung pada jumlah obat yang diberikan, dan mempunyai bentuk serta warna yang berbeda bila dibuat untuk perdagangan. Biasanya bahan-bahan obat dilepaskan dari kapsul lebih cepat dibandingkan dari tablet. Kapsul dari gelatin,suatu protein yang segera rusak dalam saluran cerna dan memungkinkan getah lambung masuk serta mencapai isinya. (Ansel, 1989)
Kapsul harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Keseragaman bobot, cara untuk kapsul yang berisi obat kering adalah timbang 20 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot tiap isi kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.



BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

RESEP 7
I. Resep Standar
    R/ bedak purol    20 (Anonim, 1966)
    Asam salisilat    2
    Balsamperu    2
    Lemak bulu    4
    Magnesiumoksida    10
    Sengoksida    10
    Talk    72    +
        100
 Ichtyol    0,1   
II. Kelengkapan Resep
-    Paraf dokter tidak tertera
III. Penggolongan Obat
-    O :
-    G :
-    W :
-    B : asam salisilat, balsam peru, lemak bulu, magnesiumoksida, sengoksida, talk, ichtyol
IV. Komposisi Bahan
    Tiap satu bungkus mengandung :
    Asam salisilat        2
    Balsam peru        2
    Lemak bulu        4
    Magnesiumoksida    10
    Sengoksida        10
    Talk            72
    Ichtyol            0,1
V. Uraian Bahan
1.    Asam salisilat
a.    Sinonim    : acidum salicylicum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : keratolitikum; anti fungi
c.    Pemerian    : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rassa agak manis dan tajam.
2.    Balsam peru
a.    Sinonim    : balsamum peruvianum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : antiseptikum ekstern
c.    Pemerian   : cairan kental, lengket tidak berserat, coklat tua, dalam lapisan tipis berwarna coklat, transparan kemerahan, bau aromatik khas menyerupai vanilin.
3.    Lemak bulu domba
a.    Sinonim    : adeps lanae (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : zat tambahan, melindungi permukaan kulit
c.    Pemerian    : zat serupam lemak, liat, lekat; kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas.
    4.    Magnesiumoksida
a.    Sinonim    : magnesii oxydum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : zat tambahan, penambah volum
c.    Pemerian    : magnesiumoksida ringan = serbuk sangat ringan; putih; tidak berbau; rasa agak basa; volum 5 g antara 40 ml hingga 50 ml.
Magnesium berat = serbuk menggumpal; putih; tidak berbau; rasa agak basa; volum 5 g antara 10 ml sampai 20 ml.
    5.     Sengoksida
a.    Sinonim    : zinci oxydum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : antiseptikum lokal
c.    Pemerian    : serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan; tidak berbau; tidak berasa; lambat laun menyerap karbondioksida dari udara.
    6.    Talk
a.    Sinonim    : talcum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : zat tambahan, agar lengket di kulit
c.    Pemerian    : serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
    7.    Ichtyol
a.    Sinonim    : ichthammolum, ikhtamol, ikhtiol (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : antiseptikum ekstern
c.    Pemerian    : cairan kental; hampir hitam; bau khas
VI. Penimbangan
    1. Asam salisilat        = 20/100 x 2    = 0,4 g = 400 mg
    2. Balsam peru        = 20/100 x 2    = 0,4 g = 400 mg
    3. Lemak bulu        = 20/100 x 4    = 0,8 g    = 800 mg
    4. Magnesiumoksida    = 20/100 x 10    = 2 g    = 2000 mg
    5. Sengoksida        = 20/100 x 10    = 2 g    = 2000 mg
    6. Talk            = 20/100 x 72    = 14,4 g  = 14400 mg
    7. Ichtyol            = 0,1 g    = 100 mg
VII. Cara kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Diambil bahan magnesium, diayak 100 mesh, disisihkan
3.    Diambil bahan sengoksida, diayak 100 mesh, disisihkan
4.    Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan
5.    Dilarutkan asam salisilat  dalam eter, dikeringkan dengan talk, disisihkan
6.    Dilarutkan balsam peru  dalam eter lalu ditambahkan sebagian talk digerus sampai kering, disisihkan
7.    Dilarutkan lemak bulu  dalam eter lalu ditambahkan sebagian talk digerus sampai kering,disisihkan
8.    Diencerkan ichtyol dengan eter lalu ditambahkan sebagian talk digerus sampai kering, disisihkan
9.    Dicampur semua bahan gerus hingga halus dan homogen
10.    Diayak semua bahan yang sudah digerus halus, apabila masih ada lemak ditambahkan etanol, digerus halus lalu diayak sampai bahan habis terayak semua.
11.    Ditimbang pot plastik, setelah itu dimasukan serbuk tabur ke dalam pot plastik, timbang lagi. Dan dihitung bobot bersihnya.
12.    Dikemas serbuk tabur dan beri etiket biru
VIII. Penandaan
Etiket biru

XI. Edukasi
1.    Obat ini berkhasiat sebagai obat gatal, kudis, dan biang keringat
2.    Obat ini digunakan pada kulit untuk membasmi mikroorganisme yang berada dipermukaan kulit
3.    Obat ini di simpan di tempat sejuk dan kering
4.    Efek samping : sensitas dan reaksi alergi.



RESEP 8

I. Resep asli
R/ Cotrimoxazole    480 tab. No. X
    Acetaminophen            tab. No. V
II. Kelengkapan Resep
    - Paraf dokter tidak tertera
III. Penggolongan Obat
-    O :
-    G : cotrimoxazole (Anonim, 1997)
-    W :
-    B : acetaminophen (Haryanto, 2007)
IV. Komposisi Bahan
    Tiap satu kapsul mengandung :
    Cotrimoxazole    : 480 mg x 10/10 = 480 mg (sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg)
    Acetaminophen    : tiap 1 tab. mengandung = 500 mg
                : 500 mg x 5/10    =250 mg
V. Uraian Bahan
1.    Cotrimoxazole
    A. sulfametoksazol
a.    Sinonim    : sulfamethoxazolum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : anti bakteri
c.    Pemerian    : serbuk hablur putih; sampai hampir putih; praktis tidak berbau
d.    Dosis        : DLA = 1x : -
                  1 hr : 50 mg/kg (Anonim, 1979)
              DLD = 1x : dosis awal = 2 g (Anonim, 1979)
                                 dosis  pemeliharaan = 1 g(2-3 kali 1hr)
        B. Trimetoprim
a.    Sinonim        : trimethoprimum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat        : anti bakteri
c.    Pemerian    : serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa sangat pahit
d.    Dosis        : -
  2.    Acetaminophen
a.    Sinonim    : parasetamol (Anonim, 1979)
b.    Khasiat    : analgetikum; antipiretikum
c.    Pemerian    : hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
    d.   Dosis    : DM = - 1x     : -
                    - 1 hari : 4 g
DLD = - 1x     : 500 mg (FI III,959)
       - 1 hari : 4 g
VI. Perhitungan Dosis
1. Sulfametoksazol
DLD    : 1x = dosis awal = 2g
    dosis pemeliharaan = 1 g
              1 hr = dosis awal = 3 x 2g = 6 g
                dosis pemeliharaan = 3 x 1 g = 3 g
        Dosis dalam resep :
        1x    : 400 mg x 10/10 = 400 mg
        1 hr    : 3 x 400 mg = 1200 mg
        Kesimpulan    : dosis sulfametoksazol subterapi
        Rekomendasi    : dosis sulfametoksazol ditingkatkan(sesuai DL), menjadi:
        1x    : 2 gr
        1 hr    : 3 x 2 g = 6g
        Kesimpulan    : dosis sulfametoksazol terapi
    2. Trimetoprim
        Dosis dalam resep :
        1x    : 80 mg
        1 hr    : 3 x 80 mg = 240 mg
    3. Acetaminophen
        DLD    : 1x = 500 mg
              1hr = 500 mg – 2 g
        DMD    : 1x = 4 g/3 = 1,3 g
              1hr = 4 g
        Dosis dalam resep :
        1x    : 500 mg x 5/10 = 250 mg
        1hr    : 3 x 250 mg    = 750 mg
        Kesimpulan : dosis acetaminophen subterapi
        Rekomendasi : dosis acetaminophen ditingkatakn (sesuai DL),menjadi :
        1x    : 500 mg
        1 hr    : 3 x 500 mg = 1500 mg
VII. Penimbangan
    1. Cotrimoxazole    : 10 x 480 mg = 4800 mg
                  4800 mg/480 mg = 10 tab = 6 g
        Bobot kertas        : 0,26 g
        Bobot kertas + isi    : 6,26 g
        Bobot isi        : 6,26 – 0,26 = 6 g
        Zat aktif        : 4,8 g
        Zat tambahan        : 6 g – 4,8 g = 1,2 g
        Total keseluruhan    : 6 g
    2. Acetaminophen    : 10 x 500 mg = 5000 mg
VIII. Cara Kerja
    1. Cotrimoxazole
1)    Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2)    Ditimbang bahan-bahan sesuai perhitungan
3)    Cotrimoxazole digerus hingga halus dan homogen
4)    Sediaan dibagi menjadi 10 bagian yang sama banyak di kertas perkamen
5)    Dimasukkan ke dalam cangkang kapsul yang sesuai dengan bobot serbuk, yaitu dengan cangkang no. 00
6)    Dibersihkan cangkang kemudian dikemas ke dalam kantong klip dan diberi etiket putih
    2. Acetaminophen
1)    Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2)    Ditimbang bahan-bahan sesuai perhitungan
3)    Acetaminophen digerus hingga halus dan homogen
4)    Sediaan dibagi menjadi 10 bagian yang sama banyak di kertas perkamen
5)    Dimasukkan ke dalam cangkang kapsul yang sesuai dengan bobot serbuk, yaitu dengan cangkang no. 00
6)    Dibersihkan cangkang kemudian dikemas ke dalam kantong klip dan diberi etiket putih
XI. Penandaan
    Etiket putih

X. Edukasi
1.    Obat ini berkhasiat sebagai antibiotik saluran pernafasan dan penurun panas serta penghilang rasa nyeri.
2.    Sediaan dengan etiket cotrimoxazole harus dihabiskan
3.    Sediaan dengan etiket acetaminophen hentikan pengguanaan bila demam telah turun
4.    Efek samping    : gangguan kulit dan gangguan lambung,usus,stomatis (Hoan Tjay, 2003)




BAB IV
PEMBAHASAN
RESEP 7
Pada pembuatan resep serbuk tabur ini, serbuk digunakan sebagai bedak kulit yang berkhasiat sebagai obat gatal, kudis, dan biang keringat. Dalam resep ketujuh ini terkandung dua zat penyusun, yaitu zat aktif dan zat tambahan.
    1. Zat aktif yang terkandung,yaitu :
a.    Asam salisilat
Mempunyai khasiat sebagai keratolitikum yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi  5-10 %, dan berkhasiat sebagai anti fungi yaitu fungsid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6 % dalam salep.
b.    Balsam peru
    Mempunyai khasiat sebagai antiseptikum ekstern yaitu mikrobisida yang luas terhadap kuman, jamur, dan spuranya, ragi, virus, serta protozoa.
c.    Sengoksida
    Mempunyai khasiat sebagai antiseptikum lokal yaitu mikrobisida yang luas terhadap kuman, jamur, dan spuranya, ragi, virus, serta protozoa yang bekerja pada daerah permukaan kulit.
d.     Ichtyol
    Mempunyai khasiat sebagai antiseptikum ekstern
    2. Zat tambahan yang terkandung,yaitu :
a.    Lemak bulu domba
Memiliki fungsi sebagai pelindung permukaan kulit
b.    Magnesiumoksida
Memiliki fungsi sebagai penambah volum
c.    Talk
Memiliki fungsi sebagai pengering dan agar bedak lengket pada kulit.
Dalam pelaksanaan resep ketujuh ini yang pertama-tama dilakukan adalah menyiapkan alat yang diperlukan yaitu mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen, timbangan beserta anak timbangan, kaca arloji, pot plastic, dan etiket. Kemudian diayak magnesium oksida dan seng oksida dengan ayakan 100 mesh. Lalu diambil bahan-bahan yang diperlukan dan dilakukan penimbangan sesuai perhitungan. Untuk balsam peru saat pengambilan bahan digunakan kaca arloji karena merupakan cairan kental, cara penimbangannya pun untuk menyetarakan timbangan digunakan biji gotri. Setelah itu asam salisilat dilarutkan dalam eter digerus dan dicampur dengan talk hingga kering. Lalu balsam peru dilarutkan dalam eter digerus dan ditambahkan talk hingga kering. Lalu lemak bulu dilarutkan dalam eter digerus dan ditambahkan talk hingga kering. Lalu yang terakhir ichtyol dilarutkan dalam eter digerus dan ditambahkan talk, gerus hingga kering. Setelah semua bahan digerus campurlah bahan-bahan tersebut lalu gerus hingga halus dan homogen. Diayak semua bahan yang sudah digerus halus sampai benar-benar habis terayak. Lalu ditimbang pot plastik, setelah itu dimasukkan serbuk tabur ke dalam pot plastik dan dihitung bobot bersihnya. Serbuk tabur dikemas dan diberi etiket biru karena merupakan obat yang digunakan secara parenteral atau bukan digunakan melalui mulut. Dalam resep ini eter berguna melarutkan bahan, setelah larut bahan dikeringkan dengan talk. Lalu diayak karena serbuk menggumpal dan agar serbuk tabor bebasa dari butiran kasar.
.



RESEP 8
Pada pembuatan resep kedelapan ini, komposisi bahan obatnya memilki fungsi yang sangat berbeda sehingga pembuatannya dipisah, yaitu
1.      Cotrimoxazole
Zat aktif ini berfungsi sebagai antibiotik saluran pernafasan, yaitu zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman pada saluran pernapasan, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Dalam resep ini tidak menggunakan zat tambahan seperti laktosa dan karmin karena resep ini merupakan sediaan kapsul sehingga dapat menutupi rasa, bau, dan warna obat. Obat ini diminum 3 x sehari 1 kapsul dan harus diminum secara teratur  hingga obat habis terpakai agar kuman benar-benar mati.
2.      Acetaminophen
Zat aktif yang kedua ini berkhasiat sebagai analgetikum dan antipiretikum. Analgetikum atau penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan antipiretikum adalah penurun panas. Dalam perhitungan dosis, dosis dalam resep acetaminophen subterapi karena dibawah dosis lazim sehingga dosis harus ditingkatkan sesuai dosis lazim. Obat ini diminum 3 x sehari 1 kapsul. Berbeda dengan cotrimoxazole, penggunaan acetaminophen dapat dihentikan jika panas sudah turun, walaupun obat belum habis terpakai.
Dalam pelaksanaan resep ini walaupun dibuat terpisah karena perbedaan fungsinya namun memiliki urutan cara kerja yang sama. Yaitu yang pertama-tama dilakukan adalah disiapkan alat-alat yang diperlukan antara lain mortir, stemper, serbet, sendok tanduk, sudip, kertas perkamen, timbangan beserta anak timbangan, cangkang kapsul, dan etiket putih. Kemudian diambil bahan-bahan yang diperlukan dan dilakukan penimbangan sesuai perhitungan. Setelah itu digeruslah 10 tablet cotrimoxazole, gerus hingga halus dan homogen, disisihkan. Begitu pula dengan acetaminophen, digerus hingga halus dan homogen. Dibagi serbuk menjadi 2 bagian yang sama. Lalu masing-masing serbuk dibagi menjadi 5 bagian yang sama. Kemudian masing-masing serbuk yang telah dibagi, dimasukkan ke dalam cangkang kapsul no. 00 dengan menggunakan metode tangan, cangkang yang dipakai sebaiknya dengan warna yang berbeda agar pasien mudah membedakan antara kapsul cotrimoxazole dan acetaminophen. Setelah selesai dibersihkan cangkang kapsul, dikemas ke dalam masing-masing kantong klip, dan diberi etiket putih karena digunakan secara oral atau melalui mulut.



BAB V
PENUTUP
1.  Kesimpulan
        Setelah melakukan praktikum, dapat diambil kesimpulan yaitu :
a.    Pada resep ke-7 serbuk tabur berfungsi sebagai bedak kulit yang berkhasiat sebagai obat gatal, kudis, dan biang keringat. Digunakan pada kulit untuk membasmi mikroorganisme yang berada dipermukaan kulit. Dan tidak boleh digunakan untuk luka yang terbuka.
b.    Pada resep ke-8 obat diminum 3 x sehari 1 kapsul dan dibuat sebanyak 10 bungkus. Resep dibuat terpisah karena fungsinya yang berbeda yaitu cotrimoxazole berfungsi sebagai antibiotik saluran pernapasan sehingga harus diminum secara rutin hingga obat habis terminum. Sedangkan acetaminophen berfungsi menghilangkan rasa nyeri dan penurun panas dan penggunaan obat dapat dihentikan bila panas sudah turun.
2. Saran
    Bagi mahasiswa yang melakukan praktikum agar lebih berhati-hati ketika memasukkan serbuk ke dalam cangkang kapsul,terutama bagi yang tangannya berkeringat karena dapat membuat cangkang menjadi lembek sehingga cangkang kapsul tersebut tidak bisa digunakan.
   



DAFTAR PUSTAKA

Ansel,H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi ed.IV. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Tjay, H. T. dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting ed. IV. Elex Media Komputindo : Jakarta.
Anief,Muhamad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia ed.III. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ed.IV. Depkes RI : Jakarta.
Anonim. 1929. Pharmacope 5
Anonim. 1966. Formularium Indonesia. Depkes RI : Jakarta.













0 komentar: